SALATIGA, harianmerapi.com - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengungkapkan produktivitas kedelai di Indonesia masih rendah.
Salah satunya karena tidak menerapkan standar organisme termodifikasi secara genetika atau populer disebut dengan GMO (Genetically Modified Organisme), sehingga berpengaruh pada produktivitas kedelai dalam setahun.
Demikian dikatakannya saat menghadiri acara RAT ke XII Nasional Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) yang digelar di Hotel Wahid Salatiga, Kamis (2/6/2022).
Baca Juga: Mantan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti Ditangkap KPK
"GMO merupakan organisme yang material genetikanya telah dimodifikasi menggunakan metode rekayasa genetika. Organisme yang telah diubah material genetikanya akan memiliki sifat yang berbeda dengan organisme biasa, " kata Arief Prasetya Adi.
Di bagian lain, ia meminta pengurus Primkopti se-Indonesia untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa bukan perajin tempe yang menaikkan harga.
"Masyarakat harus paham perajin tempe yang menaikkan harga tempe, tetapi memang bahan baku yakni kedelai naik, " katanya.
Baca Juga: Mengaku Dukun Sakti, Korban Diajak Berhubungan Badan Selama 4 Tahun
Indonesia terbilang beruntung selama pandemi Covid 19. Inflasi nilainya kecil jika dibandingkan negara Eropa.
Arief menjelaskan, di luar negeri seperti di Amerika, inflasinya sudah di atas 98 persen, Amerika Latin ya udah di atas 60 persen.
Mengapa Indonesia inflasi kecil, karena pemerintah turun tangan memberikan subsidi kepada masyarakat.
Baca Juga: Kejadian Horor Penghuni Kamar Belakang Rumah Sakit Ikut Menyambut Tamu dari Pusat
Bapanas berharap, setelah Rapat Anggota Tahunan (RAT) XII Gakoptindo tahun buku 2021 di Salatiga, di seluruh pelaku usaha tempe dan tahu di tanah air semakin banyak bergabung di Koperasi Tahu dan Tempe.
"Tugas kita bersama untuk membesarkan koperasi. Koperasi jangan identik dengan utang piutang, simpan pinjam saja. Sudah saatnya koperasi berperan sekaligus bermanfaat melakukan ekspor," katanya.*