GUNUNGKIDUL, harianmerapi.com - Penyakit leptospirosis yang disebabkan karena tikus harus tetap diwaspadai karena dalam kurun waktu 3 bulan terdapat 5 kasus leptospirosis yang dilaporkan terjadi di Gunungkidul.
Dari jumlah tersebut, dua di antaranya meninggal dunia. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Gunungkidul, dr. Diah Prasetorini mengungkapkan hal itu
Sejauh ini dilaporkan ada 2 orang meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis yaitu warga Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari dan satu orang dari Kapanewon Semanu.
“Tahun 2022 ini total sudah ada 5 kasus leptospirosis dan kami harap kewaspadaan tetap terjaga,” kara dr Diah Prasetyorini, Kamis (17/3/2022).
Adapun sebaran kasus tersebut berada di Wonosari, Semanu, serta Saptosari dan dari jumlah tersebut terdapat 3 orang yang sempat terpapar dan dapat terselamatkan atas penanganan yang langsung dilakukannya.
Saat ini pemerintah masih tetap melakukan penanganan, sebab penyakit zoonosis ini harus ditangani secara optimal dari akarnya.
Surat Edaran Sekretaris Daerah (Sekda) terkait leptospirosis sudah dikeluarkan, kewaspadaan penyakit zoonosis sudah dikeluarkan.
“Saat ini juga masih dilakukan pelacakan kasus dan risiko penularan di tempat yang ada kasus,” imbuhnya.
Sementara untuk dapa sepanjang tahun 2021 lalu, terdapat 17 pasien terkena leptospirosis.
Dari jumlah tersebut, empat pasien diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan pemetaan, puncak kasus sendiri biasanya terjadi pada bulan November, Desember, dan Januari yang memang masih masuk musim penghujan.
Pihaknya menekankan pada masyarakat untuk lebih waspada kembali, masyarakat sendiri diimbau untuk lebih waspada, melakukan antisipasi dini saat beraktifitas di musim penghujan seperti sekarang ini terlebih jika aktifitasnya banyak berada di sawah.
“Dalam pencegahan kami melibatkan kader di setiap padukuhan memiliki peran juga untuk memberikan edukasi,” tutupnya. *