SLEMAN, harianmerapi.com - Desa wisata akan bertahan dan dapat terus berkembang jika pengelola mampu beradaptasi, berinovasi, melakukan aksi serta berkolaborasi dengan lingkungan sekitar.
Sistem ini diyakini dapat menjadi daya tarik tersendiri dan meningkatkan jumlah wisatawan untuk datang serta menikmati paket wisata yang disajikan oleh pengelola. Bahkan, pengunjung merasa nyaman dan puas.
"Pengelola desa wisata harus inovatif dan mempunyai ide-ide kreatif. Jangan hanya mengandalkan potensi alam sekitar," kata Denny Farabi, tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat monitoring dan evaluasi di Desa Wisata Garongan, Kalurahan Wonokerto, Turi, Sleman, Sabtu (26/2/2022).
Baca Juga: Liga Prancis, PSG Kian di Puncak Klasemen, 3-1 Lawan Saint-Etienne
Kegiatan ini dalam rangka meninjau hasil pendampingan Desa Wisata Garongan oleh Kemenparekraf kerja sama Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Dijelaskan Denny, pengelola Desa Wisata Garongan telah berinovasi dan membuat paket wisata yang dipadukan dengan kuliner, kesenian, pertanian, perikanan dan sarana bermain termasuk outbond.
"Mereka cukup kreatif mengelola Desa Wisata Garongan. Seperti kuliner, banyak variasi dan ide-ide terbaru seperti bahan dasar salak, ikan Nila maupun minumannya. Bahkan spot outbond sangat menarik," katanya.
Baca Juga: Ramai Isu Penundaan Pemilu 2024, Hamdan Zoelva: Merampas Hak Rakyat
Didampingi tim Kemenparekraf lain yaitu Tri Sulanjari, Bariq dan Wuryanti, Denny menyampaikan, pihaknya sangat berterima kasih kepada tim pendamping dari AMPTA sehingga Desa Wisata Garongan menjadi lebih menarik.
Terkait kondisi pandemi Covid-19 yang belum mereda, Denny menegaskan bahwa pihaknya tetap mengikuti kebijakan pemerintah pusat meski animo masyarakat untuk berkunjung ke desa wisata sangat tinggi.
Meski begitu, Kemenparekraf optimis desa wisata tetap akan bertahan dan terus berkembang. Lokasi yang berada di alam yang luas dapat dengan mudah mengatur pengunjung sesuai protokol kesehatan. Sehingga penularan Covid-19 dapat dicegah lebih mudah.
"Pengunjung saat ini sudah banyak yang sadar arti pentingnya protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Tetapi pengelola desa wisata juga harus mentaati peraturan," tegasnya.
Tim pendamping Desa Wisata Garongan dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA, Hary Hermawan menambahkan, kegiatan tersebut telah dilaksanakan sejak 7-21 Februari 2022.
Program yang telah diberikan yaitu meliputi pelatihan desa wisata terintegrasi, pelatihan kepemanduan, manajemen terkait digital marketing serta pengelolaan keuangan.
Pendampingan yang telah dilakukan selama 15 hari ini selanjutnya dimonitoring dan dievaluasi oleh tim dari Kemenparekraf. Diharapkan, setelah selesai pendampingan dapat memberi manfaat, menambah kompetensi bagi pengelola desa wisata khususnya Garongan.*