KARANGANYAR,harianmerapi.com-Kapolres Karanganyar, AKBP Danang Kuswoyo melakukan pengecekan peralatan SAR yang dimiliki oleh Polres Karanganyar di Lapangan Wirasatya, Senin (21/2/2022).
Pengecekan ini dilakukan sebagai langkah kesiapan sarpras SAR dalam menghadapi cuaca ekstrem dan bencana alam lainnya.
Pada kesempatan tersebut, AKBP Danang mengecek kondisi alat SAR darat, dan alat SAR air seperti crane, alat pemotong material, perahu karet, pelampung, alat penyelaman, dan unit K9 dengan spesifikasi SAR.
"Selain memantau peralatan, kami juga melaksanakan cek kemampuan personel dalam penggunaan alat SAR tersebut. Kelengkapan peralatan SAR yang dimiliki harus sebanding dengan kemampuan anggota dalam pengoperasiannya," ungkap AKBP Danang.
Kapolres juga menyampaikan agar SAR Polres Karanganyar selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan SAR, BPBD, dan relawan di Kabupaten Karanganyar agar memantau perkembangan setiap kejadian bencana alam yang ada untuk dapat hadir dan membantu pelaksanaan evakuasi setiap saat.
Kasat Samapta AKP Gatot, yang mendampingi pengecekan menambahkan bahwa Sat Samapta terus melakukan pelatihan kepada personelnya agar mahir dan terampil dalam menggunakan peralatan SAR.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar membentuk dua Desa Tangguh Bencana (Destana) di lokasi rawan tanah longsor dan banjir.
Kasi Kesiapsiagaan BPBD Karanganyar, Hartoko menyampaikan, Desa Wonorejo Kecamatan Jatiyoso dan Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo menjadi lokasi Destana yang dibentuk BPBD Karanganyar pada tahun ini.
Baca Juga: Terjadi Bencana Tanah Longsor di Patuk Gunungkidul, 1 Rumah Warga Rusak Tertimbun Tanah
Penentuan dua lokasi itu karena pertimbangan risiko tanah longsor dan banjir.
"Wonorejo itu jelas karena tanah longsor. Dayu itu, jadi selama ini kita punya Destana untuk wilayah longsor semua. Saya ingin satu Destana yang menangani banjir," katanya.
Dia menjelaskan, penentuan Desa Dayu sebagai lokasi Destana karena berkaca pada kejadian luapan sungai pada 2021 yang cakupan dampaknya cukup luas.
"Meliputi 23 KK. Ini perlu menjadi perhatian kami," ucapnya. Hartoko menerangkan, masyarakat yang tinggal di wilayah pembentukan Destana akan diberi pelatihan mengenai mitigasi bencana sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing.
Mulai dari menganalisis resiko, membuat peta evakuasi, membuat rencana kontijensi, hingga simulasi.*