Ribuan Warga Sukolilo Pati Saksikan Perayaan Meron

photo author
- Rabu, 20 Oktober 2021 | 16:08 WIB
 Prosesi perayaan Meron Sukolilo Pati.  (Foto: Alwi Alaydrus)
Prosesi perayaan Meron Sukolilo Pati. (Foto: Alwi Alaydrus)

PATI, harianmerapi.com - Warga Desa Sukolilo Pati tetap menggelar tradisi Meron, Rabu (20/10/2021). Ribuan warga menyemut dari halaman Masjid Baitul Mutaqin sebagai pusat kegiatan, hingga pelosok kampung guna melihat gunungan yang dipajang perangkat desa setempat.


Meron di Sukolilo yang digelar 12 Robiul Awal merupakan tradisi tahunan mengikuti grebeg Sekatenan di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.


"Pelaksanaan Meron berjalan aman dan terkendali," kata Kades Sukolilo, H Mulyanto SH MH.
Dijelaskannya, karena kondisi masih pandemi Covid-19, maka gunungan Meron hanya dipajang di halaman rumah perangkat desa saja. "Jadi, tidak ada pawai gunungan," ujarnya.

Baca Juga: Polres Temanggung Menangkap Tersangka Penjual Pil Daftar G, Barang Bukti Berupa 1.000 Pil


"Antusias masyarakat dalam mengikuti meronan karena dianggap memiliki kekuatan magis religius. Selain itu, juga sebagai sarana hiburan yang cukup menarik," tutur tokoh pemuda, Dedy Lece.


Gunungan meron, terdiri dari ancak, mustaka, dan umbul-umbul. Persiapan pembuatan, biasanya memakan waktu dua minggu. Kemudian seminggu sebelum perayaan, hiasan berupa ayam jago dan asesori yang lain, dibuat pada siang hari saat masuk proses malam tirakatan.


Menurut budayawan dan sekaligus tetua masyarakat Sukolilo, Kiai Arifin, perayaan Meron merupakan bukti sejarah, peran Walisongo kala itu, untuk mensyiarkan agama Islam di tanah Jawa.

Baca Juga: Film ‘Eternals’ Akan Tayang di Indonesia Bulan November


Dikisahkan, Sunan Bonang mensyahadatkan atau syahadatain. "Tapi lidah orang Jawa menamakan Sekatain. Tradisi ini menyebar sampai di kasunanan Cirebon dan di Mataram Ngayogyakarta Hadiningkrat serta ke Surakarta Hadiningkrat.

Kemudian dari Solo dibawa oleh Mbah Surodirono (adik Temenggung Cengkalsewu). Lalu mbah Surodipuro yang berjuluk Mbah Khulmak (yang berarti Gegenti atau pengganti), mengajak masyarakat Sukolilo setiap tanggal 12 Maulid untuk bersedekah mengadakan gunungan yang disebut Meron.


"Peristiwa ini dimulai sekitar tahun 1800-an. Dan akhirnya, Meron Sukolilo bisa berlangsung sampai sekarang," kata Kiai Arifin.

Baca Juga: Bantuan Operasional Masjid dan Mushola, Cek di Sini Penerima Rp20 Juta dari Kemenag


Sementara dalam khasanah yang lain, pengertian Meron diambil dari bahasa Kawi “meru" yang berarti gunung dan menjadi ikonik pada perayaan tradisi ini. Sedang Meron dari Bahasa Jawa Kuno “Merong, berarti mengamuk, artinya tradisi ini memperingati peristiwa perang Mataram-Pati"


Ada juga yang mengartikan, Meron berdasar bahasa Jawi Kuno “Emper, gunungan di pamerkan di emper (Serambi) rumah pada para perangkat desa. Meron dari Bahasa Arab, yakni Mi’roj, berarti meninggi. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X