HARIAN MERAPI - Peternak ayam di Karanganyar kebingungan menjual telur ayam di saat harganya melonjak tajam. Mereka tak tahu mengapa fenomena itu terjadi.
Suratno (30) pemilik peternak ayam petelur di Dusun Ngemplak, Desa Geneng, Kecamatan Jumantono mengalami jualan telurnya tak bisa tembus ke pasaran.
Disebut-sebut, kondisi kesulitan menjual telur ini imbas adanya program keluarga harapan (PKH). Namun ia belum menemukan kaitan keduanya.
Baca Juga: BLT cair, Presiden serahkan bantuan pengalihan subsidi BBM di Sentani Papua, ini besarannya
"Kalau harga naik kami diuntungkan, namun pasca PKH selesai, para peternak gak bisa menjual," ucap Suratno, Rabu (31/8/2022).
Suratno mengatakan para peternak menjual telur ayamnya ke pasar Rp 26 ribu per kilogram sampai Rp 27 ribu per kilogram.
Dia menuturkan, banyak penjual telur yang menyerah karena pelaku pasar tak banyak yang mau menerima produk unggas dari peternak skala UKM.
"Informasi harga telur ayam di pasar sampai Rp 31 ribu per kilogram hingga Rp 32 ribu per kilogram, peternak paling banyak hanya Rp 27 ribu per kilogram itu pun, kami jual di pasaran juga susah," ungkap Suratno.
Baca Juga: Kasus suap Haryadi Suyuti, KPK masih akan panggil saksi-saksi, ini perkembangannya
Dia mengatakan kondisi ini membuat harga telur menjadi tidak stabil.
Ia berharap pemerintah memberikan ambang batas harga jual telur agar tidak terlalu turun drastis.
Ikhwan Setiawan, pemasok telur ke sejumlah pasar di Karanganyar mengatakan harga jual telur ke pedagang sebesar Rp 28.200 per kilogram.
"Jika pembelian dalam jumlah besar, saya menjual telur tersebut dengan harga Rp 27 ribu per kilogram," kata Ikhwan.
Baca Juga: Rekonstruksi pembunuhan Brigadir J mengundang pihak eksternal, Lemkapi: bentuk transparansi Polri