Ia mengapresiasi Kulon Progo dan semua mitra yang telah bekerja keras, bersinergi dan berhasil menurunkan angka stunting dengan kampung berkualitas.
Baca Juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Alami Pembengkakan Rp 4,1 Triliun, Anggota DPR Minta Diaudit
"Peran PAUD, Posyandu dan kegiatan berbasis masyarakat harus terus digalakkan sehingga kesehatan masyarakat semakin baik," ujarnya.
Dalam upaya penurunan stunting, menurutnya diperlukan kerjasama yang berkualitas dari berbagai mitra sehingga menjadi hal penting dalam sistem kesehatan dan sub sistem pemberdayaan kesehatan masyarakat.
Saat ini, permasalahan stunting terbesar ada di lima provinsi yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTB dan NTT.
Baca Juga: Inilah Bahayanya Merokok di Dalam Mobil
"Permasalahan mereka adalah masih kurangnya asupan gizi kepada anak, rendahnya pendidikan orang tua serta kurangnya tenaga kesehatan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo mengatakan, kasus stunting disebabkan beberapa faktor sehingga harus ditangani bersama.
Pencegahan stunting dimulai dari pengawalan calon pengantin, ibu hamil dan pasca persalinan serta 1.000 hari pertama kelahiran.
Baca Juga: Ngeri-ngeri Sedap Terbang Bersama EHang
"Kami bersama Kementerian Agama melakukan edukasi pada calon pengantin. Diharapkan, ada penilaian status gizi secara virtual sebelum menikah, sehingga calon ibu sudah siap secara fisik dan mental serta tidak melahirkan generasi stunting," tegasnya.
Beragam inovasi dalam upaya penurunan stunting di Kulon Progo di antaranya pengembangan aplikasi BumilKu dan Matahatiku untuk pemantauan stunting, Kencana Passalinku untuk peningkatan kesertaan KB Pasca Salin, serta pengembangan padi jenis Nutrizink yang bisa mencegah stunting. *