nusantara

Tujuh Aspek Desa Tete Batu NTB Mampu Raih Anugerah Desa Wisata Terbaik Dunia

Selasa, 31 Agustus 2021 | 05:13 WIB
Ketua BPPD Lombok Timur Muhammad Nursandi. (ANTARA/Nur Imansyah)

Perbedaan yang paling dominan adalah keberadaan seni dan kultur masyarakat setempat. Namun dalam konteks subtansi tradisi pedesaan dan alam memiliki karakteristik yang sama. Sejak kedatangan dr Soedjono di Tete Batu pada tahun 1920, Tete Batu telah menjadi rumah bagi pengunjung dari seluruh dunia di Lombok yang difasilitasi Soedjono.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Lagi Sampai 6 September. Berikut Rinciannya

"Berawal dari aktivitas pengunjung Tete Batu yang menjadi cikal bakal desa Tete Batu diperhatikan dan memotivasi perkembangan desa wisata lainnya di kawasan timur Indonesia sebagai daerah exsplorasi lanjutan," terang Sandi.

Keenam, Tete Batu memiliki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Pariwisata). Menariknya, Tete Batu memiliki PAUD Pariwisata (taman kanak-kanak) di mana seluruh rangkaian kegiatan mengenalkan lingkungan, budaya, dan toleransi telah diperkenalkan sejak dini. Kegiatan ini jarang dilakukan oleh kebanyakan desa wisata pedalaman lainnya.

Lingkungan ini kemudian membentuk kepribadian anak-anak yang inklusif terhadap kemajuan pariwisata secara universal. Hal ini juga sering sebagai lokus pemahaman lintas budaya (cross culture understanding). Keterlibatan baik pengunjung maupun anak-anak dari keluarga pengunjung internasional seringkali memilih tempat ini untuk menitipkan anak-anaknya untuk belajar aktivitas sehari-hari dan menjadi lingkungan bermain bersama.

Baca Juga: Asosiasi Petani Tembakau dan Pekerja Pembuat Rokok DIY Tolak Kenaikan Cukai

"Tinjauan ini setidaknya Tetebatu yang berada pada desa pedalaman, telah menyematkan destinasi ramah anak dan keluarga sehingga memberikan rasa aman dan nyaman pada pengunjung internasional," jelasnya.

Kemudian, ketujuh kehidupan lokal yang harmonis (lingkungan, economy, social-culture). Suasana desa yang damai sangat ideal bagi pengunjung yang ingin beristirahat dan bersantai mencari ketenangan. Sungai yang terbentuk di kaki Gunung Rinjani memberikan energi positif bagi pikiran dan motivasi hidup serta melakukan aktivitas selanjutnya.

Hal ini didukung pula oleh keseimbangan kearifan lokal. Kesetaraan gender, rantai penggerak ekonomi lokal, sosial budaya, dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Balai Besar Kartini Temanggung Tampung Anak Korban Covid-19

"Potensi inilah yang kemudian dibentuk menjadi wisata berbasis masyarakat Tete Batu untuk merasakan pengalaman hidup di pedesaan bersama penduduk lokal Tetebatu dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata NTB, Ahlul Wakti, mengatakan setelah resmi diusulkan ikut lomba desa wisata tingkat dunia, Tete Batu akan dibenahi dengan memperkuat inovasi.

"Artinya inovasi itu bagaimana hutan dan lingkungan yang ada sekarang lebih lestari dengan kegiatan bebas sampah dan inilah yang perlu kita tonjolkan," ujarnya.

Baca Juga: 23,47 Penduduk Indonesia Tidak Berdomisili Sesuai KK. Berikut Datanya

Menurut Ahlul Wakti, Tete Batu punya kualifikasi untuk menang dalam pentas desa wisata karena keindahannya, kuliner, hingga sosial culture. Untuk memperkuat Tete Batu perlunya kolaborasi seluruh pihak baik pemerintah desa dan Pokdarwis dalam mempersiapkan diri menyambut perhelatan Internasional, Best Tourism Village dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO) tersebut secara maksimal. Salah satu bentuknya yakni vaksinasi bagi para pelaku wisata dan masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan CHSE.

Halaman:

Tags

Terkini