Tujuh Aspek Desa Tete Batu NTB Mampu Raih Anugerah Desa Wisata Terbaik Dunia

photo author
- Selasa, 31 Agustus 2021 | 05:13 WIB
Ketua BPPD Lombok Timur Muhammad Nursandi.  (ANTARA/Nur Imansyah)
Ketua BPPD Lombok Timur Muhammad Nursandi. (ANTARA/Nur Imansyah)

LOMBOK TIMUR, harianmerapi.com - Desa Tete Batu Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat meraih anugerah desa wisata terbaik dunia dalam lomba "best tourism village" 2021, yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO).

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Timur, Muhammad Nursandi mengungkap adanya tujuh aspek penting atas prestasi tersebut.

Pertama, hutan Tete Batu selatan Rinjani berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Di mana hutan tropis Tete Batu membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

"Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer diyakini berpengaruh terhadap perubahan iklim melalui pemanasan global. Oleh karena itu, hutan hujan Tetebatu memiliki peran penting dalam mengatasi pemanasan global hari ini. Selain itu, hutan selatan Rinjani di Tete Batu merupakan rumah bagi flora dan fauna endemik nasional," ujarnya kepada wartawan di Tete Batu, Senin (30/8/2021)

Baca Juga: Mensos akan Bangun Rumah Susun Sewa bagi Difabel di Solo

Kedua, Tete Batu berdampak positif pada tonggak awal perdamaian dunia dalam konteks saling pengertian, dan toleransi di desa-desa pedalaman. Kemunculan ini setidaknya dimulai dengan Desa Tetebatu yang telah menjadi desa wisata sejak tahun 1930 hingga sekarang.

Tentu saja, melihat keragaman berbagai suku, agama, budaya, dan latar belakang pengunjung di seluruh dunia berpotensi menjadi ancaman terutama daerah pedesaan. Oleh karena itu, dengan representasi Desa Wisata Tete Batu, membuka transformasi inklusivitas universal perdamaian dan kerukunan internasional dalam konteks daerah pedalaman.

Ketiga menurut Sandi sapaan akrabnya, pergeseran paradigma lokal dalam hal pariwisata negatif. Masyarakat pedesaan di hampir seluruh pulau Nusantara mendiskreditkan posisi perempuan yang bekerja di sektor pariwisata.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Jangan Terburu-buru, Pastikan Persiapannya Matang

Keberadaan mereka tidak diterima dengan baik oleh masyarakat jika mereka sudah bekerja di sektor pariwisata. Maka biasanya mereka akan menjadi keluarga yang terbuang dan dipojokkan oleh lingkungannya sendiri.

Paradigma ini kemudian dilawan dengan keberadaan desa wisata Tete Batu yang mulai memperkenalkan dan mempromosikan nilai-nilai inti pariwisata yang melibatkan tokoh agama, budaya, tokoh masyarakat setempat untuk mengatur kesetaraan individu, hak, dan kesempatan yang sama dalam kesataraan gender. Dengan demikian, perempuan berperan sangat penting dalam pembangunan desa Tete Batu.

Keempat, menurutnya terletak pada keaslian desa. Di mana keindahan bentang alam, perkebunan, pertanian, peternakan, perbukitan, air terjun, budaya, seni dan tradisi yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi paduan nilai yang sangat tinggi untuk dilestarikan, dijaga dan dirawat dengan langkah awal pelibatan masyarakat.

Baca Juga: Budidaya Domba Tak Perlu Digembala, Dipasarkan Secara Offline dan Online

Dalam aspek ini, masyarakat sangat ramah dan terbuka terhadap pengunjung. Layanan inilah yang kemudian menjadi nilai tambah yang membuat pengunjung nyaman dan aman. Alhasil, tidak sedikit tamu yang menjadikan tuan rumah sebagai ayah atau ibu angkatnya sendiri di Tete Batu dan sering Kembali berkunjung.

Kelima, Tete Batu menjadi salah satu pelopor desa wisata di Kawasan Timur Indonesia. Oleh karena itu, tak jarang kemudian pengunjung mengatakan Tete Batu adalah Ubud kedua yang dulu ada.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: Antara

Tags

Rekomendasi

Terkini

X