"Di mana sebelum kita bicara tools, ini itu tools dampaknya apa, kemudian ada aspek apa yang membantu kita, maka bagaimana cara membantunya, kalau ini negatif bagaimana kita bisa kritis terhadap itu," papar Olivia.
Namun, kata Olivia, di Indonesia belum menyentuh hal tersebut sehingga menimbulkan problem etik.
“Alih-alih mempelajarinya terlebih dahulu, melainkan langsung mempelajari bagaimana tools AI itu digunakan. Ini yang mungkin menjadi PR di era AI," tambahnya.
Baca Juga: Diusulkan satu orang hanya punya satu akun medsos, begini tanggapan Wamen Komdigi Nezar Patria
Di sisi lain, Wakil Pimpinan Redaksi tirto.id, Agung DH menjelaskan dalam industri media, teknologi AI berpengaruh pada tiga hal yakni dari sisi bisnis, algoritma, hingga mempengaruhi bagaimana pembaca mempersepsikan media.
“AI ini mengubah kebiasaan mencari informasi, dulu di generasi saya itu langsung merujuk pada situs berita, di era AI ini mereka bertanya dan langsung dikasih jawaban,” jelas Agung.
Sehingga hal itu juga mempengaruhi algoritma google sebagai ekosistem digital yang penting bagi media online. Kata Agung, semua informasi, yang terverifikasi dan valid bersumber dari media mainstream.
Baca Juga: Sahabat-AI Pecahkan Rekor MURI: 5.000 Puisi untuk Rayakan HUT ke-80 RI
Dalam industri media, teknologi AI bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan harus dipahami agar para jurnalis dapat menentukan peran dan posisi mereka di era digital.
“Menurut saya, ini justru kesempatan buat kita para jurnalis untuk memberikan sesuatu asupan informasi yang benar,” sambung Agung.
Dewan Pers dan Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyelenggarakan media talks dan workshop dengan mengusung tema Masa Depan Jurnalisme di Era Artificial Intelligence.
Baca Juga: PFN Luncurkan 'Menuju Pelaminan', Film Cinta dan Budaya Rayakan 80 Tahun
Plt Direktur Ekosistem Media pada Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, Kementerian Komunikasi dan Digital, Farida Dewi Maharani mengutarakan, teknologi AI berkembang cukup masif dalam 10 tahun terakhir. AI dipandang memberikan peluang yang cukup besar, namun di sisi lain, AI memiliki tantangan yang sangat luar biasa.
"Dari sisi peluang, dengan AI lebih mudah untuk melakukan pekerjaan, semua bisa memangkas dari sisi waktu produksi lebih cepat, bahkan penggunaan teknologi atau perangkat yang lebih simpel. Tapi di satu sisi, tantangan yang luar biasa kita hadapi tidak hanya di Indonesia," kata Dewi.
Dewi menilai, salah satu tantangan terbesar dari penggunaan AI dalam jurnalisme adalah risiko etika, terutama terkait potensi bias informasi dan ancaman terhadap kredibilitas media.