solo

Wilayah kekeringan di Sukoharjo meluas, 1.509 jiwa kekurangan air bersih tersebar di enam desa

Senin, 29 September 2025 | 12:19 WIB
Ilustrasi - Kekeringan. (ANTARA JABAR/Reival Akbar R)

Namun demikian, di sebagian wilayah lainnya justru cuaca panas dan berdampak pada kondisi lingkungan menjadi kering.

Cuaca yang bervariasi tersebut sangat berpengaruh pada kondisi wilayah terdampak. Untuk wilayah masih ada hujan memiliki stok air melimpah. Namun di wilayah panas kondisinya kering dan warga kekurangan air bersih.

Baca Juga: Benarkah pemanis buatan lebih sehat ketimbang gula, begini penjelasan ahli

Cuaca panas musim kemarau diperkirakan masih berlanjut hingga periode Oktober dan November mendatang. BPBD Sukoharjo pada kurun waktu satu hingga dua bulan tersebut mewaspadai peningkatan jumlah warga dan wilayah terdampak kekeringan.

"BPBD Sukoharjo juga mewaspadai kemungkinan jumlah warga dan wilayah terdampak kekeringan bertambah pada periode Oktober dan November mendatang karena kondisi cuaca panas kemarau dimungkinkan masih berlanjut. Kami juga mewaspadai kondisi cuaca ekstrem karena memang sulit diprediksi," katanya.

BPBD Sukoharjo sudah menurunkan petugas melakukan pemantauan rutin di wilayah rawan kekeringan. Petugas datang dan mengecek langsung tempat penampungan air seperti sumur di rumah warga dan sumur pemerintah. Koordinasi juga dilakukan melibatkan pemerintah desa dan kecamatan.

"Petugas sudah rutin memantau dan melaporkan perkembangan kondisi setiap hari. Kami juga berkoordinasi melibatkan camat, kepala desa, relawan dan pihak terkait ikut membantu pemantauan. Apabila ditemukan warga mengalami kesulitan air bersih maka segera dilaporkan dan akan dilakukan pengiriman oleh Pemkab Sukoharjo," ujarnya.

Baca Juga: Akses liputan wartawan CNN Indonesia di Istana dicabut, begini reaksi Dewan Pers

BPBD Sukoharjo memperkirakan kemungkinan penambahan jumlah warga dan wilayah terdampak kekeringan pada musim kemarau ini. Sebab total ada 17 desa rawan kekeringan tersebar di tiga kecamatan. Sedangkan kondisi sekarang sudah ada enam desa di dua kecamatan terdampak kekeringan.

"Beberapa desa terus kami pantau. Wilayah rawan kekeringan meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu," katanya.

Ariyanto menambahakan, saat ini di beberapa desa di wilayah kekeringan seperti di Kecamatan Bulu sudah memiliki sumur dalam. Keberadaan sumur dalam tersebut bermanfaat membantu warga memenuhi kebutuhan air bersih saat cuaca panas musim kemarau seperti sekarang ini.

"Seperti di wilayah Tugusari, Kecamatan Bulu disana warga biasanya yang pertama terdampak kekeringan saat musim kemarau. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena kebutuhan air bersih sudah terpenuhi dari sumur dalam yang dibangun tahun kemarin," ujarnya. (*)

 

Halaman:

Tags

Terkini