solo

Hujan belum berpengaruh di wilayah terdampak kekeringan di Sukoharjo, sumur warga masih kering

Kamis, 18 September 2025 | 14:45 WIB
Bupati Sukoharjo Etik Suryani kirim bantuan air bersih untuk warga terdampak kekeringan. ( Foto: Wahyu Imam Ibadi)

BPBD Sukoharjo mencatat di Desa Karangwuni, Kecamatan Weru ada 47 KK atau 121 jiwa. Bantuan air bersih mulai dikirim Pemkab Sukoharjo kesana mulai 13 Agustus 2025 hingga sekarang total 21 tangki atau 105.000 liter air bersih.

Desa Alasombo, Kecamatan Weru 95 KK atau 260 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 20 Agustus 2024 hingga sekarang total 9 tangki atau 45.000 liter. Desa Karanganyar, Kecamatan Weru 30 KK atau 120 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 3 September 2025 total 5 tangki atau 25.000 liter.

Baca Juga: Film Dokumenter 'Raminten Universe: Life is a Cabaret' Merayakan Kisah Inspiratif Hamzah Sulaiman

Desa Tawang 70 KK atau 190 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 8 September 2025 total 7 tangki atau 35.000 liter.

"Data di kami secara keseluruhan kondisi daerah terdampak kekeringan saat ini. Ada lima desa di dua kecamatan degan total bantuan air bersih yang sudah dikirim ke warga 73 tangki atau 365.000 liter untuk 428 KK atau 1.244 jiwa," lanjutnya.

Ariyanto menjelaskan, berdasarkan data yang ada di BPBD Sukoharjo hingga saat ini kondisi paling parah terdampak kekeringan akibat cuaca panas musim kemarau yakni di Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari. Hal tersebut diketahui berdasarkan jumlah warga yang terdampak paling banyak diantara desa lainnya.

"Untuk desa yang sudah terdampak kekeringan dimana warga kekurangan air bersih sepenuhnya sudah dibantu Pemkab Sukoharjo dengan pengiriman air bersih. Sedangkan untuk wilayah lain rawan kekeringan tetap kami pantau dan kepala desa setempat diminta segera memberikan laporan apabila ada warga kekurangan air bersih maka akan segera dikirim bantuan," ujarnya.

BPBD Sukoharjo terus melakukan pemantauan wilayah merespon kondisi perubahan cuaca ekstrem. Beberapa wilayah diketahui dalam kondisi mulai kering karena dampak suhu udara tinggi.

Baca Juga: Lantik Djamari Chaniago Jadi Menko Polkam, Bukti Prabowo Tidak Pendendam

Cuaca panas mengakibatkan debit air mengalami penurunan drastis. Temuan tersebut didapati seperti di sumur, saluran air dan sungai. Namun demikian, kondisi yang terjadi sekarang masih dalam kategori normal.

"Suhu udara tinggi dampak cuaca panas mulai terasa dibeberapa wilayah mulai kering. Seperti temuan di Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Weru," katanya.

Hasil pemantauan BPBD Sukoharjo diketahui bahwa penurunan debit air di wilayah terdampak cuaca panas masih dalam kategori normal. Artinya stok air di sumur warga masih ada namun mengalami penurunan dibanding sebelumnya.

"Belum sampai air sumur warga kering total. Masih ada air tapi sedikit dampak cuaca panas. Kebutuhan air bersih untuk konsumsi rumah tangga tetap akan dijamin Pemkab Sukoharjo dengan mengirim bantuan ke wilayah terdampak kekeringan," ujarnya.

BPBD Sukoharjo melihat kondisi cuaca sekarang sulit diprediksi. Meski sudah ada temuan wilayah mulai kekeringan namun jumlahnya belum banyak.

"Masih ada awan mendung dan hujan dengan curah hujan bervariasi mulai ringan, sedang dan tinggi. Artinya tetap masih ada hujan dan ini berdampak kondisi wilayah terdampak Kekeringan tidak banyak. Seperti pada bulan September ini baru ada sekitar tiga desa saja, padahal tahun sebelumnya pada periode sama jumlahnya bisa dua kali lipat," katanya. (*)

Halaman:

Tags

Terkini