internasional

Suriah tegas menolak pemulihan hubungan dengan Israel, ini alasannya

Rabu, 27 Agustus 2025 | 11:00 WIB
Para pemimpin sejumlah negara Arab khawatir akan terjadinya gejolak di negara mereka terkait dengan lengsernya Bashar Assad dari kekuasaan di Suriah, demikian laporan The Washington Post mengutip analisis para pakar, pejabat, dan diplomat. (ANTARA/Anadolu)


HARIAN MERAPI - Suriah bertindak tegas dengan menolak untuk memulihkan hubungan dengan Israel.


Berbeda dengan negara Arab lainnya, Suriah lebih memilih fokus untuk menghadiri siang PBB.

Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa, Selasa, menyatakan penolakannya untuk menormalisasikan hubungan dengan Israel dengan bergabung dalam Perjanjian Abraham (Abraham Accords), sebagaimana yang sudah dilakukan beberapa negara Arab.

Baca Juga: Ramalan zodiak cinta dan karir Pisces besok Kamis 28 Agustus 2025, menghadapi situasi yang akan menguji kekuatan cinta dan komitmen Anda

Dalam pernyataan yang dirilis oleh majalah Arab Saudi Al-Majalla, ia menegaskan bahwa konflik dengan Israel sangat berbeda dengan yang dihadapi Suriah dengan negara-negara Arab lain.

Al-Sharaa mengatakan bahwa Suriah akan mengusahakan "nol masalah" terkait pendekatan dengan negara tetangga. Namun, pemulihan hubungan dengan Israel belum akan dilakukan saat ini.

"Perjanjian tersebut diteken dengan negara-negara yang tidak memiliki wilayah yang diduduki atau terlibat konflik langsung dengan Israel. Situasi Suriah berbeda karena Dataran Tinggi Golan masih diduduki Israel," kata Presiden Suriah.

Perjanjian Abraham yang didukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu mendorong normalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko pada 2020.

Baca Juga: Upaya Perlindungan Karya, Kemenkum DIY Buka Konsultasi Hak Cipta dan Royalti Gratis

Menurut Al-Sharaa, prioritas Damaskus saat ini adalah untuk menegaskan implementasi perjanjian gencatan senjata dengan Israel yang tercapai dengan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1974.

Suriah juga terbuka dengan pengaturan lain yang sejenis demi memulihkan kestabilan di Suriah selatan di bawah pengawasan internasional, kata dia.

Lebih lanjut, Presiden Suriah memastikan bahwa ia akan ikut serta dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York pada September mendatang, sehingga menjadi pemimpin Suriah pertama yang hadir di PBB sejak 1967.

Ia menyebut kehadirannya tersebut sebagai tanda bahwa Suriah telah berangsur-angsur bergabung kembali ke lingkup diplomasi internasional.

Baca Juga: Pencapaian Program KB di Temanggung Melebihi Target dari Jumlah Pasangan Usia Subur

"Keikutsertaan tersebut menjadi pesan bahwa Suriah tidak lagi terisolasi," kata Al-Sharaa, sembari menyoroti pemulihan hubungan bilateral dengan AS, Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan negeri-negeri Eropa.*

Halaman:

Tags

Terkini