internasional

5 jurnalis kembali jadi korban serangan Israel, Dosen UMY: Upaya membungkam informasi genosida

Rabu, 27 Agustus 2025 | 10:00 WIB
Dosen Ilmu Komunikasi UMY, Fajar Junaedi. (Foto: Dok. UMY)



HARIAN MERAPI- Sejak agresi brutal Zionis Israel di Jalur Gaza, Oktober 2023 hingga saat ini, lebih dari 240 jurnalis dilaporkan gugur.

Tragedi terbaru terjadi pada awal pekan ini, ketika lima jurnalis kembali menjadi korban serangan Israel di Rumah Sakit Nasser, Gaza.

Kelima jurnalis berasal dari media internasional terkemuka, seperti Reuters, Al Jazeera dan Middle East Eye.

Baca Juga: Upaya Perlindungan Karya, Kemenkum DIY Buka Konsultasi Hak Cipta dan Royalti Gratis

Menanggapi peristiwa tersebut, lewat siaran persnya, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr Fajar Junaedi SSos MSi menegaskan, serangan terhadap jurnalis di Gaza telah melanggar sejumlah hukum dan konvensi internasional.

“Satu di antaranya, Pasal 79 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa yang menegaskan, jurnalis di zona perang harus diperlakukan sebagai warga sipil dan dilindungi, selama mereka tidak terlibat langsung dalam permusuhan,” papar Fajar, Rabu (26/8/2025).

Selain itu, Resolusi 2222 Dewan Keamanan PBB (2015) juga menekankan, kewajiban semua pihak dalam konflik bersenjata untuk menghormati dan melindungi pekerja media dari segala bentuk kekerasan.

“Hal ini menunjukkan adanya komitmen global yang kuat untuk melindungi jurnalis. Apa yang dilakukan Israel di Gaza adalah bentuk pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” tandasnya.

Baca Juga: Ramalan zodiak cinta dan karir Aquarius besok Kamis 28 Agustus 2025, saatnya tepat untuk serius dalam percintaan dan hubungan romantis

Ditambahkan Fajar, keselamatan jurnalis harus dilindungi, termasuk dalam kondisi perang. Apa yang dilakukan Israel, jelas merupakan bentuk pembunuhan sistematis terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugas.

Menurutnya, serangan Israel terhadap jurnalis adalah upaya sistematis untuk membungkam kebenaran. Termasuk pula, merupakan strategi Israel untuk menghalangi/membungkam informasi terkait genosida di Palestina.

“Israel berhasil menguasai narasi media Barat, sehingga pemberitaan yang muncul sering kali memihak kepentingan mereka. Bahkan, pemerintah Zionis tak ingin ada informasi alternatif selain yang mereka kontrol. Karena itu jurnalis di Gaza dijadikan target,” jelasnya.

Ia juga menyayangkan sikap dunia internasional yang dinilai lemah dalam memberikan tekanan terhadap Israel. Minimnya respons global membuat pelanggaran terus berulang dan memberikan impunitas bagi pelaku.

Baca Juga: Pencapaian Program KB di Temanggung Melebihi Target dari Jumlah Pasangan Usia Subur

“Normalisasi wacana oleh media-media Barat pro-Israel membuat para pelaku merasa kebal hukum. Tidak ada efek jera, sehingga tragedi terus terjadi,” ungkap Fajar.

Halaman:

Tags

Terkini