“Kehadiran Abdulhakim Idris berpotensi mengganggu stabilitas sosial dan mengancam nilai-nilai kebangsaan. Apalagi kerap memprovokasi kelompok tertentu, sehingga bisa berpotensi menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat,” terangnya.
Sumber lain menyebutkan, Abdulhakim Idris yang lahir di Kota Hotan, Turkistan Timur, termasuk anggota pendiri East Turkistan Union di Eropa pada 1991 silam.
Selain itu, ikut mendirikan World Uyghur Youth Congress (WUYC) pada 1996 dan East Turkistan National Congress pada 1999. Bahkan, ia adalah Bendahara dan Ketua Komite Eksekutif World Uyghur Youth Congress.
Selanjutnya, pernah pula pada 2004 silam bersama belasan advokat Uighur lainnya di diaspora mendirikan World Uyghur Congress (WUC).
Baca Juga: Gagal Bawa Barcelona ke Final Liga Champions, Hansi Flick: Kami akan Kembali Musim Depan
Sejak 2004 hingga 2021, pernah menjabat di beberapa posisi di WUC termasuk Bendahara, Wakil Ketua Komite Eksekutif, Direktur Refugee Center, dan Inspektur Jenderal WUC.
Adapun buku yang pernah ditulis Abdulhakim Idris, misalnya berjudul, “Ancaman: Kolonisasi Tiongkok terhadap Dunia Islam & Genosida Uyghur,” (diterbitkan dalam bahasa Arab, Inggris, Indonesia dan Turki). *