Bahkan, komunitas muda telah mulai merespons dengan cara yang segar. Banyak dari mereka yang menciptakan karya storytelling berdasarkan inspirasi dari tulisan Pram, menunjukkan bahwa meski lanskap media berubah, gairah untuk berkarya tetap hidup.
Baca Juga: Cerita misteri santri yang hanyut di laut
Salah satu karya Pramoedya yang paling membekas bagi Hilmar adalah “Bukan Pasar Malam”, sebuah novel yang merefleksikan hubungan Pram dengan ayahnya. Melalui cerita ini, pembaca diajak menyelami perjalanan batin seorang Pramoedya yang ditempa oleh kerasnya pendidikan dan disiplin sang ayah.
Novel itu disebut menunjukkan sisi Pram yang manusiawi, penuh dengan refleksi pribadi, dan dianggap tidak hanya berbicara tentang sejarah besar, tetapi juga kisah-kisah personal yang membentuknya menjadi seorang penulis luar biasa.
100 Tahun, Warisan Tak Ternilai
Seratus tahun setelah kelahirannya, Pramoedya Ananta Toer tetap menjadi mercusuar bagi sastra Indonesia.
Dedikasi dan konsistensinya dalam menulis tidak hanya membentuk identitas budaya bangsa, tetapi juga menjadi pengingat bahwa melalui kata-kata, kita dapat menjaga ingatan dan merajut masa depan.
Perayaan ini bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan memastikan bahwa api perjuangan Pram tetap menyala di hati generasi masa kini dan yang akan datang.
Baca Juga: Peruntungan Shio Monyet sepekan mulai Minggu 26 Januari 2025, Anda akan mengurus hal-hal penting
Sementara itu, bagi Aktris sekaligus Seniman Happy Salma, Festival 100 Tahun Pram di Blora adalah kesempatan besar untuk menghidupkan kembali spirit Pramoedya.
Pramoedya Ananta Toer, dengan segala dedikasi dan konsistensinya, terus hidup melalui karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu.
Bagi Happy Salma, Pram adalah inspirasi yang abadi, sosok yang mengajarkan keberanian, solidaritas, dan kecintaan terhadap negeri ini.
Bagi Happy Salma, Pramoedya Ananta Toer adalah sosok yang hanya lahir sekali dalam seabad.
Happy mengaku memiliki hubungan emosional yang mendalam dengan karya-karya Pram, terutama “Gadis Pantai”, “Bumi Manusia”, dan “Perburuan”.
Semangat Pram juga menjadi bahan bakar dalam perjalanan Happy di dunia seni pertunjukan, sebuah dunia yang kerap dihadapkan pada minimnya infrastruktur dan apresiasi.