Deddy mengakui pelatihan terkait mitigasi tersebut belum menjangkau seluruh hotel anggota PHRI DIY karena berbayar.
Karena itu, ia berharap Pemda DIY dapat membantu memfasilitasi termasuk pelatihan bagi pengelola destinasi wisata.
"Kami kemarin ke Pemda DIY mohon dibantu untuk (hotel) bintang tiga ke bawah. Bintang satu, dua, dan non bintang anggota kami mohon dibantu dalam pelatihan-pelatihan itu karena pelatihan itu berbayar," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardiyanto meminta seluruh pelaku pariwisata bersama BPBD DIY segera membuat rencana kontingensi bersama mengantisipasi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Ini penting karena kita setiap hari ada wisatawan kok sehingga mitigasi ke mereka seperti apa itu bagian dari bagaimana kita menjadi destinasi wisata yang bertanggung jawab," ujar Bobby.
Baca Juga: Buntut Kasus Pemukulan Wasit Eko Agus Sugih Harto, Asprov PSSI Sumsel Tunggu Kebijakan Pusat
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Yogyakarta Setyoajie Prayoedhie menegaskan bahwa informasi potensi gempa megathrust yang berkembang sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
Dia menegaskan informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.
"Megathrust adalah fakta. Untuk itu BMKG mengimbau kepada pemerintah, pihak swasta, LSM dan seluruh elemen masyarakat, agar mulai melakukan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi megathrust dengan cara tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa," kata Setyoajie.*