"Dari 17 desa tersebut yang sudah berencana mengajukan bantuan yakni Desa Kamal Kecamatan Bulu. Disana ada salah satu dukuh di mana warganya sudah mengeluh debit air bersih di sumur turun drastis dampak kemarau," lanjutnya.
Ariyanto menjelaskan, sebanyak 17 desa rawan kekeringan berada di wilayah perbukitan kering. Kondisi geografis kering sangat berdampak pada ketersediaan air bersih warga.
"Air bersih di sumur yang masih ada tetap digunakan warga. Nanti apabila ada kekurangan maka bisa mengajukan bantuan ke Pemkab Sukoharjo," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo melihat kondisi sekarang belum ada desa yang mengajukan bantuan air bersih. Meski debit air bersih di sumur sudah turun namun kebutuhan warga ternyata masih bisa dipenuhi.
Baca Juga: Kecam DK, Hendry Ch Bangun Tetap Ketua Umum PWI Pusat
"Kami sudah koordinasi dengan pihak desa agar ikut membantu memantau air bersih warganya. Jangan sampai sudah kering baru lapor. Ketika warga sudah membutuhkan bantuan maka segera kami kirim air bersih," lanjutnya.
Ariyanto menjelaskan, melihat pengalaman tahun sebelumnya saat musim kemarau kondisi kekeringan berdampak pada kekurangan air bersih warga terjadi secara berurutan dimulai dari wilayah paling atas di perbukitan. Selanjutnya dampak kekeringan berlanjut turun ke wilayah dibawahnya.
"Saat ini kondisi yang paling atas bukit memang debit air sudah kering tapi masih ada stok di sumur. Kalau disana sudah kering maka dibawahnya berlanjut kekeringan," lanjutnya.
Baca Juga: Prabowo Segera Umumkan Bakal Calon Gubernur Jateng pada Pilkada 2024
BPBD Sukoharjo memperkirakan pengajuan bantuan air bersih datang pada periode Agustus dan September mendatang. Permintaan kiriman bantuan air bersih diperkirakan semakin banyak saat masuk Oktober dan November bersamaan puncak kemarau. *