Sementara itu Jaladwara yang berada di Padukuhan Potro disebut Pancuran Buto.
Hal itu karena Jaladwara di Padukuhan Potro juga difungsikan sebagai talang air untuk mengalirkan air dari mata air menuju sendang kecil.
Warga setempat menyebutnya Sendang Potro, yang keberadaannya sekarang dipagar tembok.
Sejak nenek moyang, Sendang Potro itu digunakan sebagai sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci.
Baca Juga: CSR Bank Jateng Bagikan 267 Tenda Lipat ke PKL Taman Pancasila Karanganyar
Menurut warga setempat, jaladwara itu semula berada di sebuah sendang tua yang sejak lama sudah tidak digunakan. Letaknya di pinggir Sungai Denggung.
Di sisi Sungai Denggung itu juga terdapat sebuah cerukan berukuran sedang, yang menyerupai gua kecil.
Di dalam gua itulah sumber air mengalir bening, dan di dekat gua kecil itu pula Jaladwara ditemukan.
Di zaman Belanda, sumber air itu masih mengalir deras dan digunakan sebagai irigasi kompleks industri milik Belanda.
Baca Juga: Penyelenggaraan Manunggal Fair 2023 Diminta Tonjolkan Potensi Lokal, Simak Tempat dan Jadwalnya
Seiring dengan waktu, sendang di dekat gua kecil itu tak digunakan lagi. Jaladwara pun dibiarkan, dan lama tak diindahkan.
Namun, Jaladwara yang berfungsi sebagai penolak bala itu lalu diuri-uri. Warga mengangkatnya dari dasar tebing di barat Padukuhan Potro itu.
Warga khawatir, kalau ada orang yang nekat mencurinya. Sebab, sudah banyak orang datang ingin membelinya.
Kini, sendang atau Pancuran Buto di Padukuhan Potro masih mengundang penasaran banyak orang untuk datang melihatnya.