Dusun Kemusuk di Bantul, saksi sejarah kekejaman Belanda dalam Agresi Militer II, begini cerita singkatnya

photo author
- Rabu, 1 Maret 2023 | 11:00 WIB
Suasana seminar di Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto (Foto: dokumen )
Suasana seminar di Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto (Foto: dokumen )



HARIAN MERAPI - Kemusuk merupakan salah satu dusun di Bantul yang menjadi saksi sejarah kekejaman Belanda dalam Agresi Militer II. Kendati demikian, kemusuk juga merupakan tempat kelahiran Soeharto.

Hal itu disampaikan Ketua Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) Mayor Jenderal TNI (Purn) Lukman R Boer, dalam seminar di Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, Dusun Kemusuk, Argomulyo, Sedayu.

Setidaknya ada 202 warga Kemusuk yang dibantai pasukan Belanda 74 tahun lalu. Dasar pembantaian itu karena tentara Belanda geram tidak mendapatkan informasi tentang keberadaan Soeharto.

Baca Juga: Kasus narkoba ditukar tawas, Teddy Minahasa diperiksa sebagai saksi di PN Jakarta Barat

Hal itu yang menjadikan kemarahan para pasukan Belanda dan secara membabi-buta melakukan pembantaian setiap laki-laki bahkan hingga balita di desa tersebut. Mayat para warga pribumi pun dibakar.

Soeharto saat itu dicari-cari tentara Belanda karena memimpin rangkaian serangan malam hari terhadap pasukan Belanda di sekitar Kantor Pos Besar, Secodiningratan, Ngabean, Patuk, Sentul, dan Pengok.

Banyak korban dan bangunan yang hancur dari pasukan Belanda. Sebelumnya pasukan Belanda telah merasa menang ketika menangkap presiden, wakil presiden, dan beberapa menteri.

Baca Juga: APIK PTMA kolaborasi dengan Ilmu Komunikasi UMY gelar JCC 2023 hadirkan pembicara dari berbagai negara

Serangan itu membuat kemarahan tentara Belanda. Akibatnya pasukan Belanda melakukan aksi pembalasan dengan mulai melakukan pembersihan ke desa-desa pinggiran kota dan menuju Dusun Kemusuk.

"Belanda tahu kalau Soeharto adalah yang memimpin perlawanan saat itu dan merupakan pemuda dari dusun," kata Lukman dalam seminar bertajuk Memaknai Peristiwa Kemusuk-Somenggalan Dalam Serangan Oemoem 1 Maret 1949, Selasa (28/2)

Tanggal 6 Januari 1949, Belanda masuk ke Dusun Kemusuk dan menanyai warga masyarakat di mana keberadaan Soeharto. Namun demikian interogasi para tentara Belanda tersebut tidak menghasilkan apa-apa.

Baca Juga: Daftar 34 Pemain yang Dipanggil PSSI untuk TC Tahap Pertama SEA Games 2023

Karena warga tidak mengaku, tanggal 8 Belanda balik lagi, bawa pasukan yang lebih besar. Mereka datang melakukan penyisiran mencari Soeharto. Lantaran gagal menangkap Soeharto, Belanda melakukan pembantaian.

Para pejuang pun tetap memberikan perlawanan dengan melakukan serangan umum sehari setelah Belanda membantai warga Kemusuk, yakni pada 9 Januari, yang dilanjutkan pada 16 Januari, 4 Februari.

"Puncaknya dilaksanakannya Serangan Umum pada pagi-siang hari pada tanggal 1 Maret 1949-yang kini dikenal sebagai peristiwa bersejarah Serangan Umum 1 Maret," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pengangguran Curi Motor Mahasiswa di Warung Kopi

Rabu, 3 Desember 2025 | 08:00 WIB
X