Pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam penanganan kesehatan mental

photo author
- Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:45 WIB
Seminar Internasional Kesehatan Mental dalam rangkaian kegiatan “Kesehatan Mental bagi Generasi Muda: Akses, Kesadaran, dan Harapan” di Pemda DIY.  (Foto: Wahyu Turi K)
Seminar Internasional Kesehatan Mental dalam rangkaian kegiatan “Kesehatan Mental bagi Generasi Muda: Akses, Kesadaran, dan Harapan” di Pemda DIY. (Foto: Wahyu Turi K)

HARIAN MERAPI - Pusat Rehabilitasi YAKKUM berkolaborasi dengan Pemda DIY melalui Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) dan berbagai organisasi masyarakat sipil (OMS) dan akademisi seperti LAKI dan Rumpun Nurani, UMY, tenaga kesehatan, serta komunitas anak muda menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertajuk “Kesehatan Mental bagi Generasi Muda: Akses, Kesadaran, dan Harapan.”

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia yang jatuh setiap 10 Oktober.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan di mana individu mampu menyadari potensinya, mengatasi tekanan hidup, bekerja produktif, dan berkontribusi bagi komunitasnya. Namun, stigma sosial, minimnya akses layanan, serta rendahnya literasi kesehatan mental membuat isu ini kerap terabaikan.

Data nasional menunjukkan sekitar 30% dari 280 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Hasil Indonesia–National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mengungkap bahwa 5,5% remaja (10–17 tahun) atau sekitar 2,45 juta anak telah terdiagnosis memiliki gangguan mental.

Baca Juga: Apa jadinya bila guru jadi predator muridnya

Tekanan akademik, paparan media sosial, kekerasan dalam keluarga, serta dampak pandemi COVID-19 menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi ini. Riset Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran pada 2021 bahkan menunjukkan 96,4% remaja tidak memahami cara mengelola stres akibat masalah yang mereka hadapi.

Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Hukum, Pemerintahan dan Politik, Sukamto mengatakan, selama ini, dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental yang ada di masyarakat, pemda sesuai dengan tugas dan fungsinya, telah berusaha melakukan berbagai upaya preventif juga kuratif.

Upaya preventif dilakukan dengan beragam sosialisasi, sementara kuratif dengan upaya rehabilitasi melalui pelayanan di RS Grhasia ataupun fasilitas rehabilitasi di bawah Dinas Sosial DIY.

“Di masyarakat sudah dibentuk pendamping. Jadi memang ada yang penanganannya itu melalui instansi pemerintah, tetapi juga ada yang secara mandiri dilakukan oleh masyarakat. Saya kira dengan kolaborasi antara pemerintah, antara lembaga swasta, seperti YAKKUM ini, kemudian masyarakat, insyaallah permasalahan depresi dan lainnya itu segera bisa teratasi,” kata Sukamto.

Baca Juga: Lansia nekat nenggak pestisida, apa motifnya ?

Program Officer ASIK, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Muhammad Rafli, menilai masih kurangnya penanganan permasalahan kesehatan mental di masyarakat, terlebih belum lama ini, terdapat kasus bunuh diri oleh seorang remaja usia 15 tahun di Imogiri.

Rafliansyah menuturkan, sebagai lembaga yang berfokus pada upaya preventif dan promotif kesehatan mental, pihaknya menilai bahwa kurangnya ruang diskusi atau ruang untuk saling mendengarkan menjadi salah satu alasan dibalik terjadinya kasus tersebut.

“Sebenarnya teman-teman itu cuma butuh untuk disampaikan, diedukasi, dan didekati gitu. Sebenarnya poinnya di situ. Ketika mereka sudah merasa nyaman, terbuka, untuk cerita, saya pikir kasus-kasus yang seperti yang tadi itu bisa kita cegah. Karena kan sebenarnya poinnya kenapa mereka sampai ke sana itu karena mereka enggak punya tempat untuk menyampaikan apa yang dia rasakan gitu kan. Karena mungkin beberapa hal. Pertama, mereka merasa enggak aman untuk cerita ke orang lain karena takut ceritanya mungkin disebar dan lain sebagainya,” papar Rafliansyah.

Selain itu, tren di kalangan anak muda sekarang mereka harus banyak ditanya terlebih dahulu sebelum mau bercerita. Untuk itu, Rafliansyah mengutarakan, budaya untuk mencoba menanyakan kabar, budaya untuk menanyakan bagaimana perasaan generasi muda harus dimulai dari sekarang.

Baca Juga: Ini bahayanya polusi udara bagi tumbuh kembang anak, begini pencegahannya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X