Sepanjang sejarah PORDASI, baru 2 kuda saja yang meraih gelar Triple Crown, yaitu kuda Manik Trisula pada 2002 dan kuda Djohar Manik pada 2014. Dan sejak itu, selama satu dekade lebih gelar tersebut sulit diulang.
Sejarah mencatat setidaknya 7 kuda yang nyaris menyentuh Triple Crown namun gagal. Ada yang gagal di leg terakhir seperti King Master (2006), King Runny Star (2015), Nara Asmara (2016) dan Queen Thalassa (2019).
Baca Juga: BPBD DKI Jakarta: 109 RT Masih Terendam Banjir hingga Senin Pagi
Ada juga yang menang di 2 laga terakhir namun sayangnya gagal di leg pertama seperti Pesona Nagari (2008) dan BintangMaja (2023). Sementara Lady Aria (2018) memenangkan leg pertama dan Derby, tapi hanya mampu finis kedua di leg kedua.
"Dari situ kita lihat, begitu sulit meraih Triple Crown Indonesia," kata Ketua Komisi Pacu PP PORDASI, Ir. H. Munawir.
Menurut Munawair, Triple Crown menuntut daya tahan luar biasa kuda, konsistensi tak tergoyahkan, strategi cermat, dan kesiapan menghadapi tantangan cuaca, cedera, bahkan fluktuasi psikologis seekor kuda.
Munawir menjelaskan Triple Crown Indonesia dirancang menyesuaikan karakter dan daya tahan kuda lokal. Derby tidak dibuat 2.400 meter seperti luar negeri agar tidak membebani atau mencederai kuda.
"Realistis saja. Karena kuda-kuda di sini belum kuat jaraknya sepanjang itu," ucapnya.
Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Saham BBRI, Ini Alasannya....
Adapun kriteria peserta Triple Crown Indonesia sama dengan negara lain kebanyakan, yakni kuda umur 3 tahun.
"Artinya seekor kuda hanya punya satu kali peluang seumur hidup untuk menjadi juara Triple Crown," imbuhnya.
Kini olahraga pacuan kuda di Indonesia ada di ambang pintu terciptanya sejarah baru Triple Crown. Setelah Indonesia’s Horse Racing (IHR)–Triple Crown Serie 1 pada April dan IHR–Triple Crown Serie 2 pada Mei lalu, rangkaian perebutan gelar Triple Crown 2025 di Indonesia tinggal menyisakan satu lagi kejuaraan yaitu IHR–Kejurnas Serie 1 Indonesia Derby atau IHR–Indonesia Derby pada 27 Juli mendatang.
Kuda King Argentine yang telah memenangkan Kelas 3 Tahun Derby di IHR–Triple Crown Serie 1 dan IHR–Triple Crown Serie 2 lalu, menghidupkan peluang menjadi kuda ketiga peraih gelar Triple Crown di Indonesia jika bisa memenangkan Kelas 3 Tahun Derby di IHR-Indonesia Derby. Selangkah lagi, sejarah baru mungkin dapat terukir di Indonesia.
Triple Crown bukan sekadar 3 kemenangan, melainkan ujian kesempurnaan tentang ketangguhan fisik, kecepatan yang konsisten, strategi matang, dan keberuntungan yang berpihak.Banyak yang mencoba, hanya sedikit yang berhasil, dansejarah di seluruh dunia telah membuktikan. Kini, Indonesia menanti apakah 27 Juli nanti mahkota itu akan kembali menemukan tuannya. (*)