HARIAN MERAPI - Kondisi warga Palestina di Jalur Gaza makin memprihatinkan. Mereka terancam kelaparan akibat tidak ada pasokan bahan makanan.
Israel terus memblokade masuknya bahan makanan ke Gaza, sehingga kondisi warga Palestina makin memprihatinkan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyerukan penghentian segera blokade pangan terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama sembilan pekan, karena membahayakan nyawa 2,1 juta penduduk di wilayah tersebut.
Baca Juga: Profil Kolonel Antonius Hermawan, Perwira TNI AD yang Meninggal Terkena Ledakan Amunisi di Garut
Melalui pernyataan resmi di situsnya, OCHA menegaskan bahwa persediaan bantuan kemanusiaan mereka hampir habis seiring blokade total yang diberlakukan Israel saat ini memasuki bulan ketiga.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga menyatakan bahwa selama lebih dari sembilan pekan, Israel telah menghalangi masuknya seluruh bantuan kemanusiaan, medis, maupun komersial ke Gaza.
UNRWA memperingatkan bahwa semakin lama blokade tersebut berlangsung, semakin besar pula kerusakan permanen terhadap kehidupan jutaan warga sipil.
UNRWA juga memastikan bahwa ribuan truk bantuan telah siap dikirimkan, dan tim mereka di Gaza siap memperluas jangkauan distribusi jika akses diberikan.
Baca Juga: Teken Perpanjangan Kontrak, Hansi Flick Tangani Barcelona hingga 2027
Terkait soal ketahanan pangan, dalam konteks ini, laporan dari Program Analisis Citra Satelit PBB menunjukkan bahwa sekitar 81 persen lahan pertanian subur di Jalur Gaza mengalami penurunan hasil panen yang drastis.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa kerusakan lahan pertanian disebabkan oleh pemboman dan pengerukan yang dilakukan oleh pasukan Israel sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023.
Sejak 2 Maret lalu, Israel telah sepenuhnya melarang masuknya bantuan pangan, medis, dan kemanusiaan ke Gaza -- wilayah yang sangat bergantung pada bantuan eksternal untuk bertahan hidup.*