“Anti rokok, tetapi menggunakan dalih segala penyakit pasti ada sebab rokok di dalamnya. Akhirnya, rokok menjadi konsentrasi WHO agar organisasi kesehatan ini terlihat bekerja, menjamin kesehatan bangsa-bangsa di dunia,” tutur Khoirul.
Begitu pula terkait regulasi pertembakauan, Khoirul menilai bahwa Indonesia telah memiliki segala perangkat untuk perlahan mendorong industri hasil tembakau mendekati liang lahat. Namun kenyataannya, pemangku kebijakan lah yang justru menjadi mafia.
“Kurun waktu tahun 2022 hingga 2023, kita disajikan fakta bahwa banyak pejabat dan pemangku kebijakan yang menjadi backing rokok ilegal. Sehingga, rakyat kecil wajar jika menduga kenaikan cukai dan harga rokok sangat tinggi adalah salah satu rangkaian kejahatan,” tegasnya.*