Selain itu, Kota Yogya juga bergelut dengan permasalahan kemiskinan yang belum kunjung terselesaikan. Meskipun angka kemiskinan di Kota Yogyakarta turun hingga 6,49% di tahun 2023, persentase penurunan kemiskinan ini disinyalir tidak sebanding dengan dana penanggulangan kemiskinan yang digelontorkan setiap tahunnya.
“Ada indikasi inefisiensi dan ketidaktepatan program yang menghambat pengentasan kemiskinan di kota ini,” tegasnya.
Atas berbagai permasalahan itu, lanjut Hempri, masyarakat membutuhkan sosok yang mampu mengurai dan menyelesaikannya. Bukan sekadar pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan, tetapi kerja-kerja langsung di lapangan.
“Masyarakat harus mampu untuk menentukan siapa yang benar-benar mereka butuhkan dan mampu membawa Kota Yogyakarta lebih maju dan berdikari. Salah satu strateginya adalah dengan melihat sejauh apa sosok-sosok calon pemimpin ini menguasai permasalahan dan pendekatan seperti apa yang ditawarkan,” ujarnya.
Baca Juga: Terapi kejut anak nakal, orang tua jangan abai
Ketua PWI Yogyakarta, Hudono, yang turut hadir dalam diskusi tersebut menambahkan, dalam Pilkada nanti juga perlu diantisipasi adanya money politic agar tidak menghasilkan pemimpin yang hanya mengumbar janji dan tidak paham persoalan penting di Kota Yogya.
“Segala pihak harus bergerak, bagaimana membangun kesadaran masyarakat. Masih ada waktu untuk mengawal itu semua. Semoga didapat pemimpin terbaik, membumi, dan sadar isu-isu,” tandasnya. *