Warga sekaligus pelaku usaha warung makan di wilayah Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura Ngatmini, mengatakan, sepekan sebelum puasa Ramadan sudah merasakan kesulitan mendapat elpiji 3 kilogram. Sebab pada saat itu pengecer yang jadi langganannya sering terlambat mengirim barang ke rumah. Kondisi semakin parah pada awal puasa Ramadan ini karena gas harus diambil sendiri ke tempat pengecer. Apabila tidak maka tidak akan mendapatkan barang.
"Katanya dari pengecer langganan saya ada pengurangan dan keterlambatan pengiriman elpiji 3 kilogram dari agen dan pangkalan ke pengecer. Harus berebut untuk dapat barang dan harga juga naik," ujarnya
Baca Juga: Timnas AMIN Ungkap Alasan Ingin Hadirkan Empat Menteri Jadi Saksi
Ngatmini mengatakan, total kebutuhan elpiji 3 kilogram dalam sehari ada empat tabung. Gas bersubsidi tersebut digunakan untuk memasak berbagai makanan dan minuman di warung makan miliknya. Untuk mendapat empat tabung gas tersebut, Ngatmini terpaksa harus bolak balik dari rumah yang dijadikan warung makan ke tempat pengecer langganannya.
"Sekarang dari pengecer tidak sanggup mengantar barang karena memang stok terbatas dan harus digilir dengan pelanggan lainnya," lanjutnya.
Kesulitan mendapat barang juga dikatakan Ngatmini berdampak pada kenaikan harga. Apabila sebelumnya elpiji 3 kilogram dibeli dengan harga Rp 21.500 per tabung maka sekarang naik menjadi Rp 22.500 per tabung. Bahkan untuk pembeli baru pengecer mematok harga bisa mencapai Rp 23.000 per tabung.
Warga Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Dwi Putro mengatakan, sulit mendapat elpiji 3 kilogram sejak hari Minggu (10/3) atau menjelang puasa Ramadan. "Di rumah punya dua tabung yang satu tabung habis pada hari Minggu (10/3) sore. Kemudian muter ke pengecer ternyata stok habis semua. Senin (11/3) pagi cari lagi dan baru dapat ke pengecer lainnya dengan jarak cukup jauh tapi masih satu desa," ujarnya.
Baca Juga: Sambut Libur Lebaran 2024, Kota Yogyakarta Harus Optimalkan Kampung Wisata
Dwi mengatakan, saat mendapatkan gas yang dicari ternyata harganya sudah berbeda. Apabila sebelumnya elpiji 3 kilogram biasa dibeli Rp 21.000 per tabung maka naik menjadi Rp 22.000 per tabung.
"Naik Rp 1.000 per tabung terpaksa saya beli daripada tidak dapat barang. Kebutuhan gas penting untuk memasak di rumah apalagi saat buruh itu menjelang puasa Ramadan," lanjutnya.
Pengecer elpiji 3 kilogram di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Waluyo mengatakan, jumlah dan harga gas yang dikirim dari pangkalan setiap hari tetap sama. Namun ada keterlambatan pengiriman dari agen ke pangkalan. Akibatnya pengecer terpaksa menunggu waktu cukup lama untuk bisa mendapat barang.
"Barang ada tapi pengiriman hanya terlambat saja dari pangkalan. Katanya dari pangkalan itu memang ada keterlambatan dari agen. Saya sendiri sekarang harus sering telepon ke pangkalan jam berapa barang dikirim karena pembeli sudah banyak yang menanyakan elpiji 3 kilogram," ujarnya.
Baca Juga: Spain Masters 2024, Enam Wakil Indonesia Jaga Asa di Babak Perempat Final
Waluyo mengatakan, tetap menerapkan aturan terkait pembeli yang harus menunjukan identitas berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun penerapannya fleksibel menyesuaikan kondisi pembeli.
"Maksudnya kalau ada pembeli datang dan saya tahu itu warga sini jelas saya tidak minta tunjukan KTP. Karena itu warga setempat dan pelanggan tetap. Kalau ada pembeli dari luar kecamatan atau luar daerah baru saja minta tunjukan KTP. Itu sudah aturan pemerintah," lanjutnya. *