Ia optimistis upaya tersebut dapat memberikan dampak positif bagi para pelaku perang sarung ketimbang pembinaan yang dilakukan polisi selama ini dengan mengundang orangtua.
Bahkan setelah menjalani pembinaan dengan meminta maaf kepada orang tua masing-masing, kata dia, anak-anak tersebut tidak menutup kemungkinan suatu saat akan melakukan perbuatannya lagi.
"Permasalahan sebenarnya bukan rasa bersalah mereka kepada orang tua, tapi kurangnya ruang untuk berekspresi. Jadi, berikan ruang untuk mengekspresikan hal-hal positif bagi remaja yang terlibat perang sarung, tawuran, dan sejenisnya," kata dia. (*)