HARIAN MERAPI - Serangan Israel ke Jalur Gaza makin membabi buta. Tak peduli perempuan maupun anak-anak, tetap menjadi target serangan.
Tentara dan pejabat Israel menggunakan ingatan soal Holocaust sebagai pembenaran atas aksinya.
Seorang pakar sejarah, kelahiran Israel, untuk bidang studi Holocaust dan genosida mengkritik para pejabat Israel yang menggunakan ingatan soal Holocaust sebagai pembenaran bagi serangan maut Israel di Gaza.
Baca Juga: Terkait Kericuhan Saat Pertandingan, Manajemen PSS Sleman Minta Bantuan Suporter
"Mengaitkan Hamas dengan Nazi berarti bahwa Hamas dianggap sebagai Nazi ... Karena itu, Nazi tidak diajak bicara --dianggap harus dibunuh," kata Profesor Omer Bartov, pengajar di Brown University di Amerika Serikat, kepada Anadolu.
Menurut pakar tersebut, pengaitan Hamas dengan Nazi juga berarti bahwa secara tidak langsung anggapan itu merujuk pada orang-orang Palestina pada umumnya atau pada perlawanan Palestina terhadap pendudukan Yahudi Israel.
Rentetan serangan Israel di Gaza hingga kini telah menewaskan sedikitnya 16.200 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Bartov juga mengatakan para pejabat Israel dan negara-negara Barat --yang menyebut serangan Hamas 7 Oktober sebagai "Holocaust kedua"-- bisa berpotensi memicu sentimen anti semitisme di Barat, terutama kawasan Eropa Timur.
Baca Juga: Mahasiswa semester 7 ditemukan gantung diri di rumah kosnya, ini kronologinya
Penyebutan seperti itu juga bisa memicu Islamofobia di kawasan tersebut.
"Apa yang terjadi pada 7 Oktober sangat mengguncang perasaan Israel maupun banyak orang Yahudi yang berada di luar Israel ... benar-benar tidak pernah ada kejadian seperti itu bagi Yahudi di Israel sejak Perang Dunia II," ujarnya.
"Gagasan keseluruhan soal Israel sebagai negara, sebagai sebuah negara Yahudi, didasarkan atas gagasan bahwa kejadian itu tidak akan pernah terjadi lagi," kata Bartov menambahkan.
Bartov menyebutkan bahwa Holocaust merupakan sebuah program sistematis pembunuhan semua orang Yahudi oleh rezim Nazi Jerman --yang tidak bisa dibandingkan dengan serangan Hamas pada 7 Oktober.
Baca Juga: Amandel membesar, apakah perlu dioperasi ? Begini jawaban dokter THT