Sejak tahun 2017, Danone telah mengembangkan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTSA) di beberapa pabrik. Memiliki komitmen untuk menerapkannya di semua pabriknya di Indonesia pada tahun 2025
Danone berupaya memastikan penggunaan kemasan mengandung material daur ulang karena jika tidak, maka akan berkontribusi emisi gas rumah kaca. Lalu sistem logistik harus lebih efisien dan meminimalisasi sampah.
"Saya berharap sejumlah langkah pro lingkungan itu bisa diiringi iklim kondusif agar industri menjadi lebih mudah dalam memanfaatkan energi terbarukan," tandasnya.
Baca Juga: Pro, kontra dan hoaks soal Wolbachia. Begini faktanya....
Upaya lain yang dilakukan Danone adalah mendorong inisiatif pengelolaan sampah yang efisien. Selain melakukan edukasi kepada masyarakat dan mendukung pengembangan bank sampah disekitar pabrik.
Danone juga membangun infrastruktur tempat pengelolaan sampah terpadu. Karena sampah juga berkontribusi terhadap gas rumah kaca, apalagi sampah makanan itu secara global berkontribusi sampah sekitar 12%.
"Di tempat pembuangan akhir misalnya, sampah makanan itu melepaskan gas metan. Karena itu, dengan memilah sampah sangat bisa membantu untuk menurunkan emisi gas rumah kaca," papar Ratih.
Mutia mengatakan, gap antara porsi kebijakan dengan penerapan di lapangan yang memicu persoalan-persoalan dalam mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Dari segi kebijakannya sudah banyak yang dihasilkan.
Baca Juga: Industri E-Sport buka peluang pertumbuhan ekonomi baru dan sarana pertukaran budaya
"Kelihatannya hanya untuk memenuhi kewajiban kita sebagai negara yang menandatangani berbagai perjanjian lingkungan banyak kita punya macam-macam, ada SDG's, MDG's," pungkasnya. *
