lifestyle

Pemimpin dan kepemimpinan dalam perspektif Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 2 Agustus 2025 | 17:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M, Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY, Ketua Keluarga Alumni Pascasarjana UGM (KAPASGAMA) (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Kepemimpinan dalam Islam memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Kriteria Pemimpin yang Baik: (1) Bertakwa: pemimpin yang baik harus memiliki takwa yang kuat kepada Allah SWT,

(2) Bijaksana: pemimpin yang baik harus memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, (3) Adil: pemimpin yang baik harus memperlakukan semua orang dengan adil dan tidak memihak, dan

(4) Bertanggung jawab: pemimpin yang baik harus memiliki tanggung jawab besar atas tindakan mereka.

Baca Juga: Dakwah yang efektif menurut Al-Quran dan Al-Hadits

Pemimpin dan kepemimpinan dalam perspektif Al-Quran dan Al-Hadits memiliki peran
penting dalam menciptakan ketertiban, keadilan, dan kemajuan dalam suatu masyarakat, bangsa maupun negara.

Pemimpin adalah agen perubahan (agent of change), yaitu seseorang yang bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan
terjadi ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi orang lain dalam
kelompoknya tersebut.

Kitab Suci Al-Qur'an dan Al-hadits telah memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin dan bagaimana menjalankan
kepemimpinan agar memberikan ketenangan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Mari kita cermati beberapa ajaran Al-Qur'an dan Al-Hadits terkait dengan pemimpin dan
kepemimpinan yang dapat dipedomani dalam mengarungi kehidupan; yakni:

Baca Juga: Usai Panen Padi, Warga Ngemplak Temanggung Gelar Tasyakuran dan Tradisi Nyadran Sewu Kupat

Pertama, Adam (dan keturunannya) diciptakan sebagai khalifah Allah di muka bumiFirman
Allah SWT: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah (pemimpin) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al- Baqarah; 2:30).

Kedua, dijadikan pemimpin bagi seluruh umat manusia. Firman Allah SWT: “(Ingatlah)
ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”   (QS. Al-Baqarah; 2:).

Ketiga, memiliki sifat lemah lembut. Firman Allah SWT: “Maka, berkat rahmat Allah engkau
(Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran; 3:159).

Keempat, pemimpin harus selalu berlaku adil. Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”  (QS. Al-Maidah; 5:8).

Baca Juga: Ditopang oleh komoditas non-migas, surplus neraca dagang semester 1 capai 19,48 miliar dolar AS

Kelima, suami sebagai pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah keluarga. Firman
Allah SWT: “Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka).

Halaman:

Tags

Terkini