Mereka yang terdiagnosis BPH nantinya bisa menjalani terapi obeservatif. Ini umumnya bila pasien baru merasakan gejala awal seperti terbangun dua kali setiap malam, pancaran kemih masih baik, lalu hasil pemeriksaan menunjukkan residu urine di kandung kemih sedikit.
Pasien disarankan melakukan pembatasan minum pada malam hari serta menghindari konsumsi minuman bersifat diuretik atau menyebabkan meningkatnya laju urinasi seperti kopi, teh, cokelat serta makanan pedas.
"Tetapi kalau sudah mulai ada gejala harus mengejan saat berkemih, habis pipis merasa ada sisa, baru boleh memulai terapi pengobatan," kata Hilman.
Baca Juga: Ledakan Tungku Smelter di ITSS Morowali Tewaskan 9 Pekerja Indonesia dan 4 Pekerja asal Tiongkok
Sebagai jalan terakhir, sebenarnya masih ada terapi pembedahan. Ini apabila terapi pengobatan tidak kunjung membuahkan hasil. Hilman berpendapat, saat ini sudah jarang dilakukan operasi besar, karena rata-rata menerakan bedah minimal invasif.
Pembesaran prostat jinak versus kanker prostat
Satu penyebab lain prostat bisa membesar yakni karena adanya kanker. Salah satu perbedaan antara pembesaran prostat jinak dan kanker prostat yakni, lokasi pembesarannya.
"Biasanya pasien kanker prostat, benjolannya ada di zona perifer. Makanya saat melakukan colok dapat, dokter dapat meraba nodul atau benjolan pada area prostat. Kalau pasien BPH, pembesarannya terjadi pada zona transisional," jelas Hilman.
Hanya saja, tidak semua pasien mau menjalani pemeriksaan colok dubur, karena pemeriksaannya sangat tidak nyaman. Operator harus memasukkan jarinya ke anus pasien, untuk meraba prostat.
"Prostat apakah ada benjolan, pembesaran simetris atau tidak, keras atau tidak, kalau keras biasanya mengarah ke kanker, kalau kenyal kemudian besar mungkin BPH. (Colok dubur) itu perlu dilakukan, wajib," kata Hilman.
Baca Juga: 80 Persen Pemasangan APK di Kapanewon Turi Melanggar Aturan, Begini Kata Panwaslu
Selain colok dubur, dokter perlu melakukan konfirmasi dengan pemeriksaan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio atau MRI. Tes ini wajib dilakukan untuk melakukan biopsi prostat robotik.
Hasil PSA tinggi yakni di atas 4 ng/ml satu dari tiga kemungkinannya yakni kanker prostat, selain prostatitis dan BPH.
Apabila penyebabnya infeksi atau prostatitis, begitu pasien diberi antibiotik selama sepekan, angka hasil pemeriksaan PSA nantinya menunjukkan turun 50 persen.
Lalu bila BPH, misalnya dari 8 ng/ml kemudian diperiksa lagi sebulan kemudian, kenaikannya hanya 9 ng/ml.