Inilah tiga masalah prostat yang sering dialami para pria, begini cara mengatasinya

photo author
- Senin, 25 Desember 2023 | 13:00 WIB
Ilustrasi seseorang berkonsultasi masalah prostat  (Shutterstock)
Ilustrasi seseorang berkonsultasi masalah prostat (Shutterstock)

Apabila pasien memang terdiagnosis prostatitis, maka pengobatannya sebatas diberikan antibiotik. Hanya saja, menurut Hilman, beberapa antibiotik yang diberikan relatif cukup lama durasi pemakaiannya, misalnya sampai empat minggu.

Pembesaran prostat jinak

Normalnya ukuran prostat yakni 20 gram, bisa juga 15-25 cc atau sebesar satu butir buah anggur. Tetapi, seiring bertambahnya usia, ukuran prostat akan bertambah karena adanya hormon dihidotestosteron atau hormon yang terutama terlibat dalam pertumbuhan dan perbaikan prostat.

 

Laki-laki akan selalu memproduksi hormon testosteron, tetapi dengan enzim alfa reduktase, hormon testosteron akan diubah menjadi dihidrotestosteron. Hilman mengibaratkan dihidotestosteron sebagai makanan prostat, sehingga selama enzim alfa reduktase terus diproduksi maka prostat akan bertambah besar.

Baca Juga: Pesantren Al Falah Salatiga Raih 2 Medali Emas di Ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad 2023 ITS

Selain bertambah besar, juga akan terjadi percepatan pertambahan volume prostat bila seorang pria sudah melewati usia 60 tahun. Dia merujuk penelitian menuturkan bahwa volume prostat meningkat sebesar 2,2 persen per tahun.

Lalu, pembesaran seperti apa yang dianggap normal? Menurut Hilman, yang membesar keluar, tidak ke dalam, karena pembesaran ke dalam atau sampai menekan leher kandung kemih bisa menyebabkan urine tidak keluar ke bawah dengan lancar karena terhimpit kelenjar prostat yang membesar.

Terkadang, ditemukan kelenjar prostat naik ke atas dan karena terlalu besar maka menekan kandung kemih dan memungkinkan terjadinya Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yakni gejala saluran kemih bagian bawah.

Prostat selain membesar ukurannya juga dapat bertambah banyak selnya sehingga mengarah pada kondisi benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak.

Penuaan, adanya sindrom metabolik antara lain hipertensi, dislipidemia obesitas dan faktor genetik menjadi faktor risiko seorang pria mengalami BPH. Khusus untuk faktor genetik dikatakan risikonya empat kali terjadinya pembesaran prostat jinak.

Baca Juga: Polri Catat 69.930 Kendaraan Tinggalkan Jakarta via Tol Cikampek Utama

Sementara itu, faktor risiko yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan yakni kebiasaan merokok dan konsumsi makanan mengandung pengawet.

Pakar kesehatan melalui Cleveland Clinic mencatat sejumlah gejala umum pada pasien BPH yakni kesulitan mulai buang air kecil, tiba-tiba ingin buang air kecil (urgensi), ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya, nyeri setelah ejakulasi atau saat buang air kecil, urine berubah warna dan berbau.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X