HARIAN MERAPI - Kanker payudara masih menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan.
Kanker payudara umumnya baru terdeteksi setelah mencapai stadium lanjut. Karena itu, perlu deteksi dini agar penanganan tidak terlamabat.
Dakui, kanker payudara masih menjadi salah satu penyebab kematian utama perempuan di Indonesia.
Baca Juga: Langgar Izin Tinggal, Imigrasi Yogyakarta Tangkap Enam Warga Negara Tiongkok
Atas fakta itu para pakar menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dan deteksi dini untuk menekan angka kasus kanker payudara stadium lanjut.
“Kanker payudara sering terdeteksi saat sudah stadium lanjut karena tidak ada gejala yang dirasakan pasien. Padahal, jika rutin melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dan mammografi setahun sekali setelah usia 40 tahun, kanker dapat ditemukan lebih dini dan peluang sembuhnya jauh lebih besar,” ujar dr. Agnes, Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dalam diskusi media memperingati Bulan Kepedulian Kanker Payudara di Jakarta, Selasa (28/10).
Dalam keterangan resmi pada Rabu, data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 menunjukkan, setiap tahun terdapat 2,3 juta kasus baru kanker payudara di dunia, atau sekitar 11,6 persen dari seluruh kasus kanker pada perempuan, dengan 666 ribu kematian.
Baca Juga: Pemerintah dan DPR Umumkan Sebaran Kuota Haji 1447 Hijriah, Ini Daftarnya Per Provinsi
Di Indonesia, terdapat sekitar 400 ribu kasus baru kanker setiap tahun dan 240 ribu di antaranya meninggal dunia. Tanpa penguatan deteksi dini dan pencegahan, jumlah ini diperkirakan melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050.
Menurut Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad PRP (K), mammografi masih menjadi “gold standard” dalam skrining kanker payudara di seluruh dunia.
“Mammografi dapat mendeteksi tumor berukuran sangat kecil, bahkan hingga 0,2 milimeter. Namun tantangan kita masih banyak, mulai dari keterbatasan alat dan tenaga medis, hingga mitos bahwa mammografi itu menyakitkan atau bisa menyebabkan kanker menyebar,” jelasnya.
Ia menambahkan, teknologi mammografi kini telah jauh berkembang.
“Dengan alat tomosintesis terbaru yang dilengkapi sensor canggih dan kecerdasan buatan, proses pemeriksaan menjadi lebih cepat, nyaman, dan minim radiasi. Pasien tidak perlu khawatir,” kata dr. Nina.
Sementara itu, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyampaikan bahwa penguatan deteksi dini menjadi salah satu fokus Rencana Aksi Nasional Kanker 2024–2034.