"Dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, baru sekitar 200 yang memiliki alat mammografi. Pemerintah berkomitmen agar setiap rumah sakit provinsi memiliki alat ini, sekaligus memperluas akses USG payudara di puskesmas,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi untuk mengubah perilaku masyarakat.
“Banyak pasien yang datang terlambat karena takut, merasa pemeriksaan memalukan, atau lebih dulu mencari pengobatan alternatif. Kami mendorong perempuan untuk berani melakukan pemeriksaan SADARI dan SADANIS agar kanker dapat ditemukan sejak dini,” tutur dr. Nadia.
Pendekatan multidisiplin menjadi elemen penting dalam pengobatan kanker payudara stadium lanjut.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Hematologi Onkologi Medik MRCCC, DR. dr. Andhika Rahman, SpPD-KHOM, menjelaskan bahwa model ini menggabungkan kolaborasi lintas bidang seperti onkologi, radiologi, bedah, psikologi, dan nutrisi.
“Pada stadium lanjut, pengobatan tidak lagi hanya fokus pada tumor, tetapi juga pada upaya mengontrol penyebaran penyakit, mengurangi gejala seperti nyeri atau sesak, serta mempertahankan fungsi organ dan kualitas hidup pasien.
Pendekatan multidisiplin memungkinkan tim medis menyeimbangkan efektivitas terapi dengan kenyamanan pasien,” katanya.
Model perawatan seperti ini, lanjut Andhika, telah menjadi standar di berbagai rumah sakit besar dunia dan mulai diterapkan di Indonesia.
“Kolaborasi lintas disiplin memberikan harapan baru bahwa pasien kanker payudara stadium lanjut tetap bisa hidup dengan kualitas yang baik, bahkan produktif,” ujarnya.*