HARIAN MERAPI - Penyintas kanker payudara harus bisa berdamai dengan penyakit yang dideritanya.
Demikian pesan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat ketika menyemangati sesama penyintas kanker payudara.
Ini diperlukan agar ketika pasien menjalani pengobatan tidak terlalu terbebani.
Baca Juga: Petugas tangani KA Purwojaya anjlok di Bekasi, seluruh penumpang selamat
“Saya selalu mengatakan pada teman-teman, marilah berdamai dengan penyakit dan berdamai dengan kematian. Ketika kita sudah bisa melalui itu semua, enak kok. Saya nggak pernah mengatakan pengobatan itu mudah, nggak. Pengobatan itu nggak enak. Pengobatan kanker itu sangat tidak enak dan menyakitkan,” kata Lestari Moerdijat di Jakarta, Sabtu.
Perjuangan penyintas kanker payudara ini juga harus senantiasa didukung oleh orang-orang terdekat. Dukungan tersebut dapat menjadi sinyal positif bagi mereka yang sudah atau baru divonis kanker payudara.
Dari ranah kepemerintahan, Lestari Moerdijat menjelaskan bahwa pemerintah telah mempersiapkan peta jalan (raod map) terkait akses yang memberikan kemudahan kepada para penyintas kanker payudara di Indonesia.
“Ini apresiasi juga kepada pemerintah ya, bahwa langkah-langkah secara konkret telah memberikan akses, kita bicara penyintas, kita bicara mengenai kanker payudara sudah mulai dilakukan atau didengar,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengajak wanita Indonesia untuk memberikan perhatiannya terhadap penyakit tersebut melalui pemeriksaan sejak dini.
Menurut dia, masyarakat Indonesia masih belum memberikan perhatian lebih kepada kanker payudara, sehingga banyak wanita datang di waktu yang sudah sulit untuk mendapatkan penanganan.
“Kanker payudara ini, masih banyak ditemukan ketika datang ke dokter ini setelah mereka divonis dengan tingkat stadium 3-4,” tegas dia di lokasi yang sama.
Terkait kesadaran untuk melakukan pemeriksaan ini, menjadi fokus utama pemerintah dalam mengentaskan kanker payudara.
Berbeda dengan negara tetangga, tingkat kesadaran masyarakat di sana sudah cukup besar dengan bahayanya kanker tersebut jika telat ditangani.