Ini risiko komplikasi dehidrasi pada anak yang keracunan, lebih besar ketimbang orang dewasa, begini penjelasan dokter

photo author
- Jumat, 26 September 2025 | 12:00 WIB
Sejumlah siswa menikmati bekal makan yang dibawa dari rumah di SDN Kedung Jaya 1, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025).   (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Sejumlah siswa menikmati bekal makan yang dibawa dari rumah di SDN Kedung Jaya 1, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025).  (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)



HARIAN MERAPI - Belakangan ini banyak muncul kasus keracunan makan bergizi gratis (MBG) di sejumlah daerah.


Keracunan pada anak bisa berdampak serius bagi kesehatan, termasuk risiko komplikasi dehidrasi yang lebih besar.


Dokter spesialis anak subspesialis Emergensi dan Terapi Intensif Anak konsutas dari Universitas Indonesia dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subsp.E.Τ.Ι.Α(Κ) mengatakan pasien anak memiliki risiko terjadi komplikasi dehidrasi lebih besar dibandingkan usia dewasa pada saat mengalami keracunan.

Baca Juga: Mengapa dokter tidak sarankan obat penyetop diare pada anak keracunan, begini penjelasannya

“Bisa mengalami gangguan sirkulasi atau shock, bisa mengalami gangguan elektrolit, bisa mengalami komplikasi-komplikasi lainnya,” kata Yogi dalam diskusi yang diikuti secara daring, Kamis.

Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia itu mengatakan gejala secara umum dialami semua usia yang mengalami kontaminasi racun dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi seperti rasa mual, muntah, dehidrasi hingga diare.

Dia mengatakan sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan namun beberapa kasus diperlukan rawat inap.

Biasanya gejala keracunan akan muncul dalam beberapa jam hingga sehari sampai dua hari setelah konsumsi makanan yang tercemar.

Baca Juga: Dukung Industri Musik dan Budaya, JNE Jadi Official Logistics Partner Konser Snada Indonesia

Namun pada anak-anak, gejala keracunan terutama dehidrasi bisa berakibat fatal karena lebih berisiko menimbulkan komplikasi lanjutan di antaranya gangguan ginjal, peradangan sendi, gangguan pada otak dan saraf.

Sehingga semakin kecil usia anak maka harus lebih berhati-hati dalam menangani penyakit dan memantau asupan yang dikonsumsi anak.

“Kita juga penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak kita kalau sampai sesudah mengonsumsi makanan-minuman kemudian mengalami gejala-gejala keracunannya itu cukup parah maka harus segera ke dokter,” katanya.

Yogi mengingatkan untuk memperhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi dengan melihat kondisi kemasan tidak normal, warna makanan yang sudah berubah tidak biasa, ada bau busuk atau asam, tekstur melunak atau berlendir, dan juga rasa yang menandakan sudah tidak layak konsumsi.

Baca Juga: Gandeng 26 OBH, Kemenkum DIY Tingkatkan Akses Bantuan Hukum bagi Warga Kurang Mampu

Tidak lupa juga untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas, menjaga kebersihan alat masak untuk mencegah kontaminasi silang, dan memperhatikan penyimpanan makanan di suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X