HARIAN MERAPI - Sebagian pelaku usaha penjualan jamu tradisional membuka lapak usahanya dari sore hingga malam hari, misalnya selepas Ashar sampai pukul 22.00 WIB.
Khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), penjual jamu tradisional, lapak usahanya berada di pinggir jalan maupun kompleks rumahnya dan merupakan usaha turun-temurun.
Antara lain, dapat ditemukan kawasan Kadipiro, Jalan Wates, Wirobrajan, Jalan Kranggan, Jalan Godean dan Jalan Kaliurang Sleman. Ada pula yang berada di dekat pasar-pasar tradisional.
Seperti halnya lapak jamu Mbah Atemo di timur Pasar Godean Sleman sebagai pemiliknya Rohaniatun (Bu Atun). Konon, Mbah Atemo (Alm.) pernah berjualan jamu tradisional di dalam Pasar Godean.
“Kakak saya yang di Pandak Bantul lebih dahulu meneruskan usaha pembuatan jamu tradisional. Beberapa waktu lalu, saya juga ikut meneruskan usaha ibu saya,” ungkapnya, baru-baru ini.
Baca Juga: Tutut Soeharto gugat Menteri Keuangan, ternyata begini perkembangannya
Bu Atun yang tinggal di kawasan Seyegan Sleman mempunyai tenaga (karyawan), Suherti (Bu Herti) guna mengelola usaha penjual jamu tradisional tersebut. Jenis jamunya cukup beragam seperti kunir asem, beras kencur dan temulawak.
Ada pula jamu galian serta uyup-uyup. Bahkan, untuk mengikuti perkembangan zaman, ada jamu wujud bubuk, teh kesehatan ataupun rempah-rempah sudah kering.
Menurutnya, jamu tradisional jenis kunir asem dan beras kencur tak rumit proses pembuatannya atau dapat membuat sendiri. Namun, banyak pula yang merasa tak sempat maupun tak mau repot-repot.
Lain halnya dengan jamu galian, proses pembuatan butuh ketelatenan tersendiri, antara lain menggunakan 25 jenis bahan alami. Ia berusaha menerapkan resep dari Mbah Atemo (Alm.) untuk pembuatan jamu galian.
Adapun jenis-jenis bahan jamu galian, misalnya ada adas, pulasari, jinten, joho, kayu manis, ceplik, bunga pala, mesoyi, kemukus, mahkuto dan lainnya.
Baca Juga: Tips menghindari kecemasan, berikut saran psikolog
“Kami merasa ikut bersyukur dan senang, ketika para pembeli jamu tradisional bisa memperoleh manfaat maupun sembuh dari gangguan kesehatan dengan minum jamu,” urai Bu Atun.
Bu Herti menambahkan, suatu hal mengembirakan pula dari generasi muda hingga lansia masih ada yang suka minum jamu tradisional. Sebagai contoh, ada remaja putri senang minum kunir asem guna memperlancar datang bulan (haid).
Ada pula, ibu-ibu rutin membeli jamu uyup-uyup untuk memperlancar ASI. Lalu ada bapak-bapak hingga lansia senang minum jamu untuk membantu mengatasi pegal-pegal, capek-capek, menambah nafsu makan, batuk hingga susah tidur (insomnia).