HARIAN MERAPI- Selama ini beredar mitos yang menyesatkan seputar pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI pada anak.
Terkait hal itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan beberapa fakta penting yang menepis sejumlah mitos tidak tepat terkait pemberian MPASI pada anak.
Mitos itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan MPASI bertekstur tidak boleh diberikan hingga anak tumbuh gigi.
"Beberapa masyarakat percaya anak baru lahir itu diolesi langit-langit mulutnya dengan madu dengan harapan meningkatkan daya tahan. Padahal madu baru boleh diberikan pada anak di atas satu tahun karena memiliki kandungan Clostridium Botulinum yang dapat meningkatkan risiko infant botulism," kata Anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr. Winra Pratita Sp.Am M.Ked (Ped) dalam diskusi yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Bakteri Clostridium Botulinum menjadi berbahaya untuk bayi di bawah satu tahun, karena sistem pencernaannya yang belum matang. Apabila bayi terinfeksi bakteri tersebut maka akhirnya anak bukan menjadi sehat dan justru mengalami kelemahan otot, kesulitan bernapas, bahkan berujung kematian apabila tidak tertangani.
Mitos selanjutnya yang ditepis dan tidak lagi boleh dilakukan untuk membuat pemberian MPASI berhasil adalah pemberian makanan padat seperti pisang dilakukan pada bayi yang berusia kurang dari enam bulan.
Baca Juga: KONI Kota Magelang targetkan cabor baru
Sama hal yang dengan pemberian madu, pemberian makanan padat untuk bayi di bawah enam bulan tidak dianjurkan karena pencernaannya masih belum sempurna sehingga ketika diberikan makanan yang tidak sesuai usianya tentu ada risiko tinggi sakit yang dialami khususnya diare atau sembelit.
"Jadi rekomendasi kami, pemberian MPASI itu harus tepat waktu. Karena kalau terlalu dini anak berpotensi terkena diare dan berujung pada dehidrasi berat, yang berujung pada risiko kematian pada bayi lebih tinggi atau ada risiko lainnya seperti alergi yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang," kata dokter Winra.
Selanjutnya, mitos lainnya yang kerap menganggu MPASI menjadi efektif adalah larangan memberi protein hewani hingga anak berusia 1 tahun karena adanya rasa takut anak tidak bisa mencerna dengan baik.
Takhayul ini ditepis oleh IDAI, karena seharusnya protein hewani justru menjadi fondasi penting dan diberikan sejak awal MPASI dimulai. Hal ini dikarenakan protein hewani merupakan nutrisi makro yang penting untuk mencegah terjadinya stunting.
Hal ini juga berhubungan dengan mitos pemberian hati ayam yang dinilai berbahaya untuk MPASI, karena hati ayam dinilai sebagai jeroan yang kotor dan menjadi sumber racun untuk bayi.
Baca Juga: Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat
IDAI menepis hal ini, karena dari deretan sumber protein hewani, hati ayam merupakan protein hewani yang mengandung banyak vitamin dan mineral terutama zat besi.