HARIAN MERAPI - Kebiasaan bermain gawai ternyata dapat mempengaruhi keterampilan makan anak.
Bahkan, secara umum, kebiasaan main gawai dan melihat konten dapat mempengaruhi kemampuan sensorik anak.
Dokter spesialis anak sekaligus konselor pemberian makan bayi dan anak Ian Suryadi Setja menyampaikan bahwa kebiasaan bermain menggunakan gawai bisa mempengaruhi kemampuan sensorik anak, termasuk keterampilan makan anak.
Baca Juga: Dishub DIY Kaji Akses Khusus Pejalan Kaki dari Tempat Parkir Eks Menara Kopi ke Malioboro
Dalam acara Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobras) untuk memperingati Hari Susu Sedunia di Jakarta, Senin, dr. Ian Suryadi Setja, M.Med.Sc, Sp.A mengatakan bahwa kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Dokter Ian memberikan gambaran, makan sambil melihat tayangan di layar gawai membuat anak tidak bisa menikmati proses makan karena perhatiannya sering teralihkan.
"Ini berdampak pada proses makan, seperti kesulitan mengunyah atau memegang makanan. Selain itu, anak juga cenderung mengalami mindless eating atau makan tanpa kesadaran karena fokus pada layar," kata dia.
Baca Juga: Simon Tahamata Siap Menolong Sepak Bola Indonesia
Menurut dia, kondisi yang demikian berpengaruh pada kerja penyampaian sinyal kenyang dari otak. Akibatnya, anak makan terlalu sedikit atau berlebihan.
Ia mengemukakan bahwa mindless eating dalam jangka panjang bisa mengganggu pemenuhan nutrisi dan tumbuh kembang anak.
Dokter Ian mengingatkan para orang tua untuk membatasi penggunaan gawai anak.
Menurut dia, anak-anak berusia di bawah dua tahun idealnya sama sekali tidak kena paparan layar perangkat elektronik.
Waktu melihat layar perangkat elektronik bagi anak-anak berusia di atas dua tahun, ia mengatakan, sebaiknya dibatasi tidak melampaui 30 menit per hari.
Setelah berusia di atas lima tahun, dia melanjutkan, waktu melihat layar anak lebih baik dibatasi maksimal satu sampai dua jam per hari.