HARIAN MERAPI - Program makan bergizi gratis atau MBG sedang menjadi perhatian serius masyarakat, terutama terkait menu yang disajikan.
Seperti apa panduan menu dalam makan bergizi gratis, masih perlu disempurnakan sehingga merata di seluruh wilayah tanah air.
Berkaitan itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) menyebut menu dalam program “Makan Bergizi Gratis/MBG” yang diinisiasi oleh pemerintah dapat menggunakan panduan “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan untuk menentukan lauk pauk dan porsi yang tepat bagi anak-anak.
Baca Juga: Terkait kasus suap Ronald Tannur, dua tersangka diserahkan Kejagung ke JPU, ini mereka
“Jadi kita berharap juga Makan Bergizi Gratis tidak meng-endorse justru menu gorengan ya. Begitu pula dengan daging yang diproses, diawetkan ya,” kata pemengaruh kesehatan dari PB-IDI DR Dr Tan Shot Yen, M.Hum dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.
Tan mengatakan dalam menjalankan program Makanan Bergizi Gratis pada anak-anak, pemerintah perlu memahami konsep dari makanan sehat itu sendiri. Makanan yang sehat artinya memiliki bentuk dan cita rasa yang semakin dekat dengan bentuk asli di alam.
Adapun arti dari makanan seimbang yakni kebutuhan makronutrien anak dapat terpenuhi. Contohnya karbohidrat, protein dan lemak.
Tan mencontohkan pada saat sarapan, pemerintah dapat memberikan menu berisi pisang, pecel, lontong atau tempe bacem. Menunya terlihat sederhana, namun lekat dengan budaya yang ada dan menggunakan bahan pangan lokal.
Baca Juga: Balap Liar Ganggu Kenyamanan Warga, Polsek Gamping Amankan Sejumlah Remaja
Sedangkan untuk makan siang, contoh menu yang diberikan adalah jeruk keprok, sup kacang merah, ubi atau singkong dan telur balado.
Lebih lanjut Tan menyarankan agar pemerintah mewaspadai pilihan menu yang melibatkan delapan jenis makanan dan dapat merugikan kekebalan tubuh anak.
Pertama yakni gula imbuhan yang biasa ada dalam kemasan seperti jus atau camilan. Gula dan pemanis itu menurunkan fungsi imunitas. Gula darah yang tinggi merusak keseimbangan bakteri usus yang mengubah respons imun, sehingga mudah terpapar infeksi.
Kedua yakni produk tinggi garam karena dapat menghambat fungsi normal imunitas dan memperburuk kondisi penyakit autoimun.
Baca Juga: Mees Hilgers: Sampai Jumpa Patrick Kluivert
Tan melanjutkan pangan tinggi Omega-6 dapat berisiko mengganggu keseimbangan Omega-3. Terlalu banyak produk nabati dan penggunaan minyak goreng menyebabkan berlebihnya Omega-6.
“Lalu gorengan, saat karbohidrat digoreng terjadi reaksi kimia antara senyawa gula dengan protein dan minyak di saat menggoreng. Advanced Glycation Endproducts (AGEs) dan Advanced Lipid Oxidation Endproducts (ALEs) selain memperburuk sindroma metabolik, juga menyebabkan peradangan,” kata Tan.