Istri sirinya juga menjerit meronta-ronta kesakitan.
Tetangganya tahu kalau Bondan Wicaksana itu punya akik Kuncup Melati yang banyak makan korban bayi-bayi dalam kandungan.
Sampai tiga kali Bondan kawin siri bayinya juga menjadi santapan Kuncup Melati.
Istri siri Bondan melarikan diri semua karena tahu kalau menjadi korban pesugihan Bondan Wicaksana.
Semua mertua Bondan memarahinya agar Bondan sadar dan membuang akiknya yang menimbulkan malapetaka itu.
Bondan pun menjadi bingung sebab tidak bisa menyediakan bayi untuk piaraannya itu.
Semua wanita di kampungnya tidak mau diperistri, jadi selingkuhannya pun tidak mau.
Ia selalu menghindar dari Kuncup Melati, sebaliknya Kuncup Melati selalu mencari Bondan Wicaksana.
Kamar khusus di rumah Bondan Wicaksana yang setiap malam Selasa Kliwon untuk pertemuan itu juga sepi.
Akik Kuncup Melati yang ditunggui oleh makhluk halus itu setiap malam mengeluarkan api panas.
Kalau dulu dari cahaya api itu keluar wanita cantik (Kuncup Melati) namun sesudah lama tidak disediakan bayi dari cahaya api itu keluar wanita yang menakutkan semacam wewe.
Giginya berupa taring semua, matanya merah, dagu maju ke depan, mulutnya tampak berdarah, rambutnya gimbal menutup punggungnya, wajahnya pucat seperti mayat.
Pada suatu malam Bondan Wicaksana pulang dari kota dengan mengendarai mobil.