Lari keluar rumah. Dia berfikir jangan- jangan motornya di embat maling.
Benar juga. Sepedamotor barunya sudah tidak ada lagi di halaman rumah Wibowo.
Di kejauhan Sarpo masih melihat sepedamotor matic warna putih miliknya dilarikan orang.
“Hoeee...itu motorku...!”, teriak Sarpo sambil berlari mengejar sepedamotornya yang meninggalkan bau asap.
Seperti kesetanan Sarpo mengejar motor baru miliknya.
Namun tidak mungkin terkejar. Dia hanya mengandalkan langkah kakinya.
Tiba- tiba tanpa dia sadari, kakinya seperti ada yang menjegal.
Sarpo jatuh tersungkur. Bersamaan dengan itu sesosok orang tua sepuh berdiri mengangkangi tubuhnya yang terjerembab di tanah.
“Sepedamotormu bukan dicuri maling. Pulanglah!”, ujar sosok laki- laki sepuh berbusana Kejawen itu.
Masih dengan perasaan khawatir dan tidak percaya akan kata- kata dari sosok orang tua itu, Sarpo buru- buru pulang ke rumahnya.
“Syukur Alhamduillah sepedamotorku tidak hilang”, ujar Sarpo begitu tiba di rumahnya melihat sepedamotor barunya sudah terparkir di teras depan rumahnya.
“Makanya jangan suka teledor”, tutur Emaknya.
Penasaran, ingin tahu siapa sosok lelaki sepuh itu, Sarpo bertanya kepada Mbah Digdo, sesepuh kampung.