Tidak hanya itu. Di belakang musang berkacak pinggang itu tiba- tiba muncul bayangan hitam berbentuk musang.
Tingginya tidak kurang dari satu setengah meter.
Kedua matanya menyorotkan sinar berwarna merah.
Bayangan hitam setinggi satu setengah meter di belakang musang tersebut sepertinya menjadi pelindungnya.
Melihat itu Lik Tupar ngoplok, ketakutan.
Pentungan kayu yang dia genggam erat- erat tidak terasa jatuh ke tanah.
Lik Tupar lari terbirit- birit, pulang.
Di kejauhan, kira- kira limapuluh meter di belakangnya, dia mendengar suara orang tertawa.
Sepertinya menertawakan dirinya. - Nama samaran. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *