Begitu pintu dia buka, Pak Sawung ndomblong.
Dilihatnya seorang bocah laki- laki tanpa baju, hanya memakai celana lusuh dan basa.
“Oh, mari masuk, Nak. Aku ambilkan baju milik anakku untuk ganti ya”, ujar Pak Sawung sembari bergegas masuk rumah.
Akan mengambil baju milik anaknya. Lalu kembali lagi menemui bocah yang badannya ‘njedhindhil’ itu.
Pak Sawung heran. Di teras, dia tidak melihat ada siapa- siapa.
“Lho pergi kemana bocah ini tadi?”, tanyanya dalam hati. Penasaran, Pak Sawung menelisik ke empat penjuru rumahnya.
Lagi- lagi dia tidak mendapati seorang pun ada di sekitar rumahnya.
“Huh, aneh! Bilangnya mau nunut ngeyup. Lha kok malah menghilang”, gumam Pak Sawung.
Ia kembali masuk rumah. Ingin melanjutkan tidurnya yang terputus.
Belum tertidur, masih dalam posisi rebahan, kuping Pak Sawung kembali mendengar suara bocah laki- laki.
Tidak pangling. Suara itu sama persis dengan suara bocah laki- laki sebelumnya.
Suara berasal dari teras depan rumahnya.
“Terimakasih, Pak. Aku boleh nunut ngeyup di sini. Rumahku sedang dibongkar."