Ia mencoba melarikan dari dari kerumunan warga.
Para sesepuh desa pun menggelar ritual untuk memagari pohon tersebut.
Tidak lama kemudian terdengar isak tangis.
“Ampun Pak!”
“Tolong keluarkan saya dari sini.”
Rupanya pohon tersebut ialah jelmaan manusia yang kerap memangsa ternak warga.
Ia merupakan warga kampung sebelah penganut ilmu hitam.
Darah ternak digunakan sebagai tumbal untuk pesugihan.
Malang tak dapat di elak. Mantra itu sudah terlanjur menancap di pohon.
Sehingga ia tidak dapat kembali dalam wujud manusia.
Selamanya akan menjadi penghuni di kaki bukit. (Seperti dikisahkan Iis Suwartini di Koran Merapi) *