Dia melompat keluar pos ronda dan celingak- celinguk mencari batu.
Diambilah batu sebesar buah dondong.
Dengan sekuat tenaga batu tersebut dilemparkan ke arah angsa. Mengenai bagian kepala.
Theng! Muher kaget mendengar suara itu. Kepala angsa yang terkena lemparan batu, berbunyi...theng!
Mirip suara tiang listrik terkena lemparan batu. Muher baru sadar jika yang dihadapi bukan angsa sembarang angsa.
“Mungkin angsa lelembut”, pikirnya. Seketika bulu kuduknya berdiri.
Dengan mata kepalanya, dia melihat, dua angsa tersebut bergulung- gulung di tanah dan menjauh.
Dalam jarak duapuluh lima meter, dua ekor angsa berbulu putih itu berubah wujud.
Menjadi dua buah tengkorak kepala manusia. Gigi- geliginya tampak meringis.
Muher hanya bisa terbengong- bengong.
Ingin berteriak minta tolong, namun mulutnya serasa terkunci rapat.
Di kejauhan, lamat- lamat Muher mendengar suara seperti orang merintih kesakitan.
“Hoaduh hiyuuuung...endhasku dibalang watu”, begitu suara rintihan tersebut.