"Tapi…," Pardi nggak melanjutkan, karena Beni sudah telanjur duduk.
"Memang kenapa, Di?"
"Ah, nggak kok," jawab Pardi kemudian mengalihkan ke pembicaraan lain. Dan hingga menjelang sore Bani baru pamit pulang.
Malam harinya, Pardi dapat telepon dari Bani. "Celaka Di, apa gara-gara aku duduk di batu tadi siang ya?" ungkap Bani melalui telpon.
Lalu Bani menceritakan jika hendak kencing, susah, malah alat untuk kencingnya tampak melepuh, "Aku harus gimana?"
Kemudian Pardi minta agar malam itu Bani datang ke rumahnya, agar bisa disembuhkan.
Bani pun mengiakan, malam itu ia datang kembali ke rumah Pardi, yang di situ sudah ada Pak Parmin yang di hadapannya sudah diletakan barampe di samping batu.
Bani disuruh duduk bersila di samping Pak Parmin, dan segera ritual segera dimulai.
Baca Juga: Pengalaman misteri Wati dan Angga yang baru menikah, yang pulang dikira suaminya ternyata gendruwo
Belum selesai, ternyata Beni tak kuat menahan, dan ia terkencing di celana, baru selesai upara ia bercerita, "Aku tadi hendak lari ke kamar mandi takut, karena ritualnya belum selesai.
Pak Parmin dan Pardi terkekeh, dan minta Bani ganti pakai celana Pardi, yang kebetulan ukuranya sama.
Kemudian Pardi menceritakan, memang ada beberapa batu yang berpenunggu, dan Parmin ini yang sering memindahkan,
"Hanya batu yang kamu duduki tadi siang, penunggunya nggak mau pindah," jelas Pardi. (Seperti dikisahkan Bagong di Koran Merapi) *