"Itu tu rumah yang bagus itu." Sampai di situ sang sopir belum juga sadar, kalau yang ditunjuk itu bukan rumah sebenarnya.
Sambil agak keras, ibu tadi bilang: "Itu bukan rumah, itu makam mas......"
Saat itu juga sang sopir baru sadar, yang ditunjukkan ke ibu tadi bukannya rumah mewah yang dia lihat semalam....tapi kompleks pemakaman yang cukup luas.
Sang sopir setelah tahu semuanya dengan hati berdebar-debar..langsung balik kanan tancap gas...kembali ke pool taksi.
Tapi dia tidak menceritakan semua yang dia alami kepada teman-temannya.
Tapi anehnya, uang Rp 50 ribu yang tadi malam diterimanya masih utuh di dompet dan bukan merupakan selembar daun atau kertas biasa.
Lain hari uang itu dibelanjakan istrinya ke pasar.
Setelah semua kebutuhan tercukupi dan masih ada sisa kembalian, uang itu dikembalikan kepada Dwi.
Ketika uang akan di masukkan ke dompet, alangkah kagetnya Dwi, uang yang Rp 50 ribu masih ada di dalam dompet.
Karena merasa bersalah, akhirnya uang limapuluhan tadi dilaminating biar tidak bisa dibelanjakan,
dan sampai sekarang uang itu tetap tersimpan rapi di dompet tanpa diutik-utik lagi. Tamat - Nama samaran- (Seperti dikisahkan Trisunu Hartono di Koran Merapi) *