“Bagaimana kalah malam ini kita ke Parangkusumo?” Karim punya usul.
“Pada malam seperti ini objek wisata itu biasanya banyak pengunjung."
"Selain muda-mudi yang sedang berpacaran, juga banyak peziarah.”
“Boleh juga,” jawab Kamin. Dari arah Janti, mereka lalu meluncur ke selatan melewati Ringroad timur.
Kemudian membelok ke barat. Tak berapa lama mereka sampai di perempatan Druwo.
Di perempatan itu, Kamin lalu membelokkan mobilnya menuju ke selatan, masuk Jalan Parangtritis atau beken dengan Jalan Paris
Ketika meluncur di Jalan Paris, suasana malam sangat sepi.
Ketika memasuki Kretek, mereka berpapasan dengan mobil dengan lampu amat terang dan menyilaukan mata.
Baca Juga: Pengalaman misteri Tong ikut lomba mancing di sebuah telaga yang misterius di Gunungkidul
Kamin mengeluarkan sumpah serapah semaunya. “Edan, sopir ra duwe sopan santun!”
Karena mata silau, Disto membanting stir agak ke kiri.
Tak urung mobil mereka terjerembab di sebuah parit.
Dan mobil truk dengan lampu menyilaukan itu berhenti persis di sisi mereka.
Bersusah payah mereka keluar dari mobil.