Ombak semakin asyik bergelombang, terkadang begitu besar, kadang mulai mengecil.
Ridho, Asep, Banu, Bian, Zafran pun semakin gembira melihat permainan ombak.
Mereka berteman tidak hanya di rumah, mereka juga sekelas di sekolah SD N 1 Pangandaran Mereka baru duduk dibangku kelas III SD.
Sore hari adalah waktu mereka untuk bermain di pantai atau bermain bola di lapangan.
Namun, kebahagiaan mereka lambat laun mulai reda. Ketika waktu sudah semakin sore dan mereka harus kembali pulang ke rumah.
Mereka tidak sadar telah berada di lautan menjauhi bibir pantai.
Perlahan-lahan mereka mulai berjalan melawan ombak untuk tiba di bibir pantai.
Tapi tidak dengan Ridho, Ridho begitu asyik bermain bahkan seperti mengikuti perjalanan di lautan.
Baca Juga: Cerita misteri pohon cangkring di kebon belakang rumahku, saat ditebang dan dibakar ini yang terjadi
Teman-temannya Asep, Banu, Bian, dan Zafran sudah bersikeras memanggil dan mengajak segera pulang.
Ridho semakin tidak terlihat, semua orang di pantai sudah ribut. Asep, Banu, Bian, dan Zafran menangis ketakutan.
Para pemuda yang melihat pun tidak bisa membantu apa-apa karena arus air di bawah lautan begitu kencang.
Pantai Selatan Pangandaran memang memiliki bentuk dasar laut seperti palung sehingga putaran arus di dasar laut sangat kencang. (Seperti dikisahkan Yosi Wulandari UAD di Koran Merapai) *